Oke, ngomongin tablet, biasanya pikiran kita langsung ke ukuran yang compact, atau paling banter yang standar kayak 10 atau 11 inci gitu kan. Tapi Samsung Galaxy Tab S9 Ultra ini beda. Ini tablet *gede banget*. Layarnya itu 14.6 inci, nyaris kayak layar laptop kebanyakan. Nah, pertanyaannya, tablet segede ini beneran worth it nggak sih buat dipake sehari-hari? Apa cuma pamer doang? Mari kita bedah.
Pas pertama kali unbox dan angkat, kesan pertamanya adalah… “Wow, ini seriusan tablet?”. Ukurannya beneran dominan. Tapi anehnya, meskipun gede, dia itu tipis banget dan surprisingly nggak seberat yang dibayangin. Materialnya pakai Armor Aluminum yang kokoh, jadi pas dipegang tuh terasa premium dan solid. Desainnya khas Samsung Galaxy, minimalis dengan garis-garis tegas. Ada dual kamera di belakang yang penempatannya agak berbeda dari model sebelumnya, sekarang lebih mirip ponsel Galaxy terbaru. Magnetic strip buat nempelin dan nge-charge S Pen-nya juga ada di bagian belakang, sepanjang bodinya.
Bagian yang paling mencuri perhatian jelas layarnya. Ini pakai panel Dynamic AMOLED 2X dengan refresh rate adaptif sampai 120Hz. Resolusinya tinggi, warnanya vibrant banget, kontrasnya dalam, dan hitamnya pekat khas AMOLED. Buat nonton film atau streaming series di layanan favorit? Gila, pengalaman visualnya imersif banget. Berasa kayak punya bioskop pribadi tapi bisa dibawa ke mana-mana. Buat yang kerjaannya ngedit foto atau video, akurasi warnanya juga bisa diandalin. Refresh rate 120Hz-nya bikin scrolling, main game, atau pake S Pen jadi super smooth. Nggak ada delay yang bikin bete. Satu-satunya ‘ganjalan’ di layar ini mungkin notch kecil di bagian atas yang isinya kamera depan. Tapi jujur, setelah pake beberapa saat, notchnya ini cepet banget dilupain, nggak terlalu mengganggu kok.
Nah, urusan performa. Samsung Galaxy Tab S9 Ultra ini ditenagai chipset kelas atas, Snapdragon 8 Gen 2 for Galaxy. Ini chipset yang sama yang dipakai di flagship ponsel terbaru Samsung, jadi performanya udah nggak perlu diragukan lagi. RAM-nya juga gede, ada pilihan 12GB atau bahkan 16GB. Storage-nya juga lega banget, bisa sampai 1TB, dan masih bisa ditambah pakai microSD. Buat main game berat macam Genshin Impact atau Call of Duty Mobile? Enteng aja, setting grafis rata kanan juga dilibas tanpa masalah berarti. Multitasking? Ini yang seru. Dengan layar sebesar ini dan RAM yang melimpah, buka tiga atau empat aplikasi sekaligus pakai fitur split screen atau pop-up window itu lancar jaya. Pindah-pindah aplikasi, copy-paste antar window, semuanya terasa fluid. Buat yang doyan produktivitas, ini tablet beneran bisa jadi ‘kanvas’ kerja yang powerful. Samsung Dex Mode-nya juga makin matang, pas disambungin ke keyboard cover (sayangnya ini dijual terpisah dan harganya lumayan), tampilannya langsung berubah mirip desktop PC, jadi pengalaman kerjanya makin nyaman buat ngetik, ngatur file, atau browsing dengan banyak tab.
Salah satu nilai jual utama dari seri Galaxy Tab S Ultra ini, selain layarnya yang jumbo, adalah S Pen yang udah include di dalam paket penjualan. S Pen yang terbaru ini responsif banget, latensinya rendah, jadi rasanya kayak nulis atau gambar di kertas beneran. Buat yang seneng nyatet, bikin sketsa, atau bahkan digital painting, S Pen ini beneran tools yang powerful. Ditambah lagi, ujungnya nggak licin di layar, ada sensasi gesekan yang pas. S Pen-nya juga udah IP68, jadi tahan air dan debu kayak tabletnya. Oh ya, nge-charge S Pen-nya juga makin gampang, bisa ditempel terbalik di bagian belakang tablet dan tetep nge-charge. Software pendukung S Pen kayak Samsung Notes juga udah canggih, bisa konversi tulisan tangan jadi teks, sinkronisasi antar perangkat Galaxy, dan sekarang didukung aplikasi kayak Goodnotes dan LumaFusion yang dioptimalkan buat tablet Android, makin nambah nilai plus buat yang butuh aplikasi profesional.
Gimana dengan kameranya? Tablet ini punya dual kamera di belakang (wide dan ultrawide) dan dual kamera di depan (wide dan ultrawide). Jujur aja, kamera di tablet itu biasanya bukan prioritas utama. Buat foto-foto candid atau nge-vlog pakai tablet segede ini sih agak aneh ya kelihatannya. Tapi kamera belakangnya lumayan lah buat scan dokumen atau fotoin materi presentasi. Yang lebih kepake itu justru kamera depannya, terutama yang ultrawide. Ini berguna banget buat video call, jadi kalau kamu lagi meeting online, satu ruangan bisa masuk ke frame dengan mudah. Kualitasnya juga cukup bagus buat kebutuhan video conference, gambarnya jelas dan minim noise di kondisi cahaya cukup. Apple iPhone 3GS (2009) Review: Evolusi Penting di Dunia Smartphone
Baterainya? Dengan layar dan performa segahar itu, wajar kalau baterainya juga dibikin gede, kapasitasnya 11.200 mAh. Buat pemakaian normal, nonton streaming, browsing, nyatet, main game sesekali, bisa lah bertahan sehari penuh. Kalau dipake non-stop buat kerja berat atau main game terus, ya pasti lebih cepet habis. Charging-nya support 45W fast charging, tapi perlu diingat, kepala chargernya seringkali nggak disertakan dalam paket penjualan, jadi harus beli terpisah kalau mau ngecas ngebut. Ini sayang banget sih, mengingat harganya yang udah mahal.
Fitur unik lainnya yang patut diacungi jempol adalah sertifikasi IP68. Ini pertama kalinya ada tablet Galaxy Tab S Ultra yang tahan air dan debu. Jadi kalau nggak sengaja ketumpahan air kopi atau kena cipratan di pinggir kolam, nggak perlu panik. Build quality-nya yang udah Armor Aluminum juga bikin tablet ini lebih tahan banting dibanding generasi sebelumnya. Ketahanan ini penting, apalagi buat gadget yang ukurannya besar dan sering dibawa-bawa.
Sekarang kita ngomongin pengalaman pemakaian hariannya. Tablet segede ini jelas bukan buat semua orang. Mau dipake di commuter line sambil berdiri? Susah. Mau dipake baca buku di kasur sambil dipegang satu tangan? Pegel banget. Portabilitasnya terbatas. Dia lebih cocok dipake di meja, di pangkuan pas santai di sofa, atau dibawa di tas. Buat yang kerjaannya banyak presentasi, layar gede ini enak banget buat nampilin materi. Buat seniman digital atau desainer grafis, kanvas seluas ini impian banget. Buat mahasiswa atau pekerja yang butuh nyatet banyak, nyatet di sini sambil buka materi kuliah atau dokumen referensi di sebelahnya itu produktif banget.
Kelebihannya jelas layarnya yang stunning, performa ngebut, S Pen yang include dan responsif, multitasking yang superior, build quality premium dengan IP68, dan ekosistem Samsung yang lumayan terintegrasi. Kekurangannya? Ukurannya yang super gede ini bisa jadi pro sekaligus kontra, tergantung kebutuhanmu. Dia nggak se-portable tablet lain. Harganya mahal banget, ini investasi yang nggak main-main. Kepala charger 45W-nya nggak include. Dan keyboard cover-nya juga terpisah dengan harga yang lumayan. Jadi kalau mau pengalaman ala laptop, budgetnya nambah lagi.
Jadi, kembali ke pertanyaan awal, tablet segede Samsung Galaxy Tab S9 Ultra ini worth it nggak buat kamu? Kalau kamu cuma butuh tablet buat nonton Netflix, browsing ringan, atau main game casual sambil rebahan, kayaknya ini overkill dan kemahalan. Ukurannya juga nggak praktis buat dipake santai banget. Tapi, kalau kamu seorang profesional kreatif, seniman digital, desainer, editor video, arsitek, atau mahasiswa yang bener-bener memanfaatkan S Pen, butuh layar super lega buat produktivitas atau konsumsi konten multimedia tingkat tinggi, dan punya budget lebih, maka tablet ini bisa jadi ‘senjata’ utama yang powerful banget. Dia bisa jadi pengganti laptop buat tugas-tugas tertentu, atau jadi partner produktivitas yang nggak bisa ditandingi tablet ukuran standar. Ini bukan tablet mainstream, ini tablet niche buat orang-orang yang *tahu* kenapa mereka butuh layar 14.6 inci di sebuah tablet. Buat mereka, ya, ini worth every penny. Buat yang lain, mungkin ada pilihan Galaxy Tab S9 series lain yang ukurannya lebih pas di tangan dan di kantong. Vivo X Fold 3 Pro: Revolusi Smartphone Lipat dengan Teknologi Terbaru
Intinya, Samsung Galaxy Tab S9 Ultra ini adalah tablet dengan performa flagship dan layar yang luar biasa, dibalut desain premium dan ketahanan ekstra. Tapi ukurannya yang jumbo itu adalah faktor penentu utama apakah ini gadget yang tepat buat gaya hidup dan kebutuhan kerjamu atau nggak. Pikirin baik-baik cara kamu bakal pakai tablet ini sehari-hari. Kalau memang butuh kanvas digital yang luas dan performa maksimal, go for it. Kalau nggak, mungkin lirik adik-adiknya yang lebih kecil.
Pengalaman menggunakan tablet sebesar ini memang unik. Awalnya canggung karena ukurannya, tapi lama kelamaan, kalau sudah menemukan alur kerjanya, layar lega ini beneran bikin nyaman buat multitasking. Bayangin buka dokumen referensi di sisi kiri, ngetik laporan di sisi kanan, dan di bawahnya masih ada pop-up window kalkulator atau chatting. Produktivitas naik signifikan. Buat yang suka baca komik digital atau e-magazine, tampilannya hampir seukuran buku fisik. Pengalaman membaca jadi jauh lebih menyenangkan dibanding di tablet kecil atau bahkan ponsel. Browsing web juga jadi lebih lega, rasanya kayak browsing di desktop.
Sektor audio juga nggak kalah menarik. Dengan empat speaker tuning-an AKG yang didukung Dolby Atmos, suara yang dihasilkan kencang dan jernih. Buat nonton atau dengerin musik tanpa earphone juga asyik. Meskipun bass-nya nggak super deep, tapi kualitas suaranya di atas rata-rata tablet lain.
Fitur konektivitasnya juga lengkap, ada pilihan Wi-Fi only atau 5G, jadi mau produktif atau hiburan di mana aja nggak masalah asalkan ada sinyal. Dukungan DeX Mode yang makin disempurnakan juga jadi nilai plus buat yang serius mau gantiin fungsi laptop ringan. Tinggal tambahin keyboard dan mouse Bluetooth, atau pakai Book Cover Keyboard-nya, voila, jadi workstation portabel.
Namun, perlu diakui, harga aksesoris resminya, terutama Book Cover Keyboard, itu nggak murah. Padahal, buat memaksimalkan potensi produktivitas tablet ini, keyboard cover itu penting banget. Ini jadi semacam ‘hidden cost’ yang harus diperhitungkan. Jadi, budget yang perlu disiapkan bukan cuma buat unit tabletnya aja.
Meskipun performanya ngebut, ada satu hal yang perlu diingat: optimalisasi aplikasi Android di tablet, terutama yang ukuran besar, masih belum sesempurna di platform lain. Beberapa aplikasi mungkin masih sekadar diperbesar dari versi ponselnya, bukan didesain ulang untuk layar tablet. Tapi Samsung udah kerja keras buat ngisi kekosongan ini dengan aplikasi-aplikasi mereka sendiri dan kerjasama dengan developer pihak ketiga kayak LumaFusion dan Goodnotes. Jadi, kondisinya udah jauh lebih baik dibanding beberapa tahun lalu.
Ketahanan IP68 dan material Armor Aluminum itu bukan sekadar gimmick. Ini nambah rasa aman pas pakai gadget semahal ini. Nggak takut lagi kalau tiba-tiba kehujanan pas lagi di kafe outdoor, atau kalau lagi kerja di dapur dan ada cipratan air. Buat yang aktivitasnya mobile dan butuh durabilitas lebih, ini fitur yang kepake banget.
Pada akhirnya, Galaxy Tab S9 Ultra ini adalah tablet yang ekstrem. Ekstrem di ukuran, ekstrem di performa, ekstrem di fitur, dan ekstrem juga di harga. Ini bukan gadget yang bakal dibeli impulsif. Pembelinya adalah orang yang memang punya kebutuhan spesifik yang hanya bisa dipenuhi oleh tablet dengan spesifikasi dan ukuran seperti ini. Kalau kamu salah satunya, atau kamu pengen punya tablet Android terbaik di kelasnya regardless of size and price, Tab S9 Ultra ini nggak bakal ngecewain. Dia adalah puncak dari tablet Android saat ini, menawarkan pengalaman yang unik dan powerful.
Kalau kamu masih ragu dan ngerasa layarnya kegedean atau harganya kemahalan, mungkin lebih bijak buat lihat opsi lain di jajaran yang sama, yaitu Galaxy Tab S9+ (layar 12.4 inci) atau Galaxy Tab S9 standar (layar 11 inci). Ketiganya pakai chipset yang sama, S Pen include, dan udah IP68 juga, cuma beda di ukuran layar, kapasitas baterai, dan konfigurasi kamera sedikit. Mereka menawarkan pengalaman premium yang serupa tapi dengan jejak yang lebih kecil dan harga yang lebih terjangkau.
Tapi kalau kamu emang kepincut sama ide punya kanvas digital atau workstation portabel dengan layar paling besar yang bisa ditawarkan Samsung, dan budget bukan masalah utama, ya udah, Galaxy Tab S9 Ultra ini jawabannya. Tablet ini bener-bener pushing the boundaries of what a tablet can be. Dia bukan sekadar tablet, dia adalah statement. Statement bahwa tablet Android bisa jadi alat produktivitas serius dan pusat hiburan premium dalam satu paket, meskipun dalam ukuran yang mungkin bikin beberapa orang geleng-geleng kepala.
Share this content: