Bukan cuma selfie ini Ricoh Theta SC2 bikin kamu rekam sekeliling

Oke, ngomongin gadget itu seru, apalagi kalau gadgetnya itu beda dari yang lain. Bukan cuma smartphone yang kameranya makin canggih, atau laptop yang makin tipis. Ada lho gadget yang bisa ngubah cara kita ngelihat dan ngerekam dunia di sekitar kita. Salah satunya yang pernah mampir ke meja review saya itu namanya Ricoh Theta SC2.

Mungkin namanya nggak sepopuler brand-brand smartphone raksasa, tapi Ricoh ini punya sejarah panjang di dunia fotografi. Dan seri Theta mereka ini memang fokus ke kamera 360 derajat. Nah, si SC2 ini bisa dibilang salah satu model terbaru mereka saat ini, yang bawa beberapa peningkatan dari versi sebelumnya, dan posisinya itu di tengah-tengah, nggak yang paling basic tapi juga bukan yang paling profesional.

Idenya simpel tapi powerful: daripada cuma foto atau video yang cuma nangkep apa yang ada di depan mata, kenapa nggak nangkep semuanya? Segala sesuatu yang ada di sekeliling kita, dari depan, belakang, kiri, kanan, atas, sampai bawah. Itu yang ditawarkan kamera 360 kayak Ricoh Theta SC2 ini. Jadi, bukan cuma buat selfie atau video blog biasa, tapi beneran bikin kita bisa merekam *atmosfer* suatu lokasi secara total.

Kesan Pertama dan Desain: Simpel, Ringkas, dan Nggak Ribet

Begitu unboxing, kesan pertama pas lihat Ricoh Theta SC2 ini adalah… minimalis dan elegan. Bentuknya memanjang, ramping banget, mirip remote control tapi ukurannya lebih kecil dan finishing-nya lebih premium. Pilihan warnanya ada macam-macam, bikin dia kelihatan kayak aksesori gaya, bukan cuma alat elektronik doang. Bodinya dari plastik tapi kerasa kokoh, nggak ringkih sama sekali. Ukurannya pas banget di tangan, nggak terlalu besar atau berat. Ini penting banget buat kamera yang tujuannya buat dibawa-bawa dan dijepretin secara spontan. Gampang banget diselipin di saku celana yang agak longgar atau di kantong jaket yang nggak terlalu ketat, bahkan di dalam tas kecil atau pouch sekalipun.

Di bagian depan dan belakang, ada lensa fisheye yang ukurannya lumayan besar dan sedikit menonjol. Dua lensa inilah “mata” Ricoh Theta SC2 yang memungkinkan dia nangkep pemandangan dari segala arah sekaligus, 360 derajat penuh. Di sisi samping, ada beberapa tombol fisik yang fungsinya jelas dan nggak bikin bingung: ada tombol power buat nyalain/matiin, tombol mode buat ganti antara mode foto, video, atau mode khusus lainnya, dan tombol buat nyalain/matiin koneksi Wi-Fi.

Di bagian depan, persis di bawah salah satu lensa, ada tombol shutter yang ukurannya paling gede. Penempatannya ergonomis banget, gampang dijangkau pakai ibu jari kalau kita pegang kameranya pakai satu tangan. Semua tombol ini punya feedback yang solid pas ditekan.

Hal yang perlu dicatat, dan ini wajar untuk kamera 360 di kelasnya, adalah tidak adanya layar sentuh atau preview langsung di bodinya. Buat ngelihat apa yang kita foto atau rekam, dan buat ngatur berbagai setting, semuanya harus lewat aplikasi di smartphone yang terhubung via Wi-Fi. Ini yang bikin desain kameranya sendiri jadi super simpel, nggak banyak elemen yang bikin pusing, fokus ke fungsi intinya aja.

Fitur Utama dan Mode Khusus: Lebih Dari Sekadar Jepret 360

Fungsi utamanya ya jelas, bikin foto dan video 360 derajat. Ini beda banget sama kamera biasa yang cuma fokus ke satu arah. Dengan Ricoh Theta SC2, kamu bisa nangkep suasana satu ruangan penuh pas lagi kumpul-kumpul, keramaian di suatu festival, atau pemandangan alam yang luas dari segala sisi, semuanya dalam satu jepretan foto 360 atau satu rekaman video 360.

Untuk foto, resolusinya sekitar 14 megapiksel, cukup memadai buat dilihat di HP, di-upload ke media sosial yang support format 360, atau dilihat pakai viewer khusus 360 di desktop. Detailnya lumayan ketangkep buat ukuran sensornya.

Untuk video, Ricoh Theta SC2 bisa rekam sampai resolusi 4K (3840 x 1920 piksel) dengan frame rate 30fps. Resolusi 4K ini penting banget buat video 360 karena gambar 360 itu kan sebetulnya “bentangan” dari semua arah, jadi pas dilihat di layar datar atau dipecah ke sudut pandang tertentu, resolusinya jadi terbagi. Makin tinggi resolusi aslinya (4K), makin detail gambar yang kita lihat di sudut pandang tertentu.

Sayangnya, untuk video 4K ini, durasi rekam per klipnya terbatas, cuma sampai 3 menit. Ini mungkin disengaja buat ngelola ukuran file dan panas di dalam kamera. Kalau mau rekam video dengan durasi lebih lama, ada opsi Full HD (1920 x 960 piksel) di 30fps, dan di resolusi ini, durasi rekam per klipnya bisa sampai 15 menit. Jadi, kalau butuhnya rekam momen panjang tapi nggak terlalu butuh detail super tinggi, Full HD bisa jadi pilihan.

Yang bikin Ricoh Theta SC2 ini menarik dan punya nilai lebih di kelasnya adalah tambahan mode-mode khusus yang fungsional dan kreatif. Ada Night View Mode yang didesain buat bantu ambil gambar 360 di kondisi minim cahaya atau pas malam hari. Mode ini pakai algoritma khusus buat mengurangi noise dan bikin gambar malam hari tetap bisa dinikmati, meskipun tentu saja jangan berharap hasilnya bakal sebersih kamera profesional dengan sensor besar ya. Tapi untuk nangkep suasana malam dalam format 360, ini sangat membantu.

Terus ada juga mode yang cukup unik dan kayaknya ditujukan buat pengguna yang suka berbagi di media sosial, yaitu Face Beauty Mode. Jadi, setelah foto 360 diambil, kita bisa melakukan editing ringan lewat aplikasi buat memperhalus kulit atau mencerahkan wajah subjek yang ada di foto itu. Ini fitur yang jarang banget ada di kamera 360 lainnya, dan nunjukkin kalau Ricoh mikirin pengguna yang ingin tampil maksimal di setiap foto, termasuk foto 360 bareng-bareng.

Ada juga mode-mode lain yang nggak kalah kepake, kayak Underwater Mode (tapi ini butuh casing khusus yang dijual terpisah ya, jangan nyelupin kameranya langsung!), Exposure Compensation Mode yang gampang diakses buat ngatur gelap terangnya foto secara cepat, Self-timer buat ngasih jeda sebelum jepret, dan My Settings yang bisa diatur lewat aplikasi untuk menyimpan preset pengaturan favorit kita. Fitur-fitur ini nunjukkin kalau Ricoh coba bikin kamera 360 ini nggak cuma basic buat jepret, tapi juga punya sentuhan kepraktisan buat berbagai skenario pemakaian sehari-hari.

Performa dan Pengalaman Pakai Sehari-hari: Cepat di Proses, Tapi Ada Batasan di Memori

Salah satu hal yang penting banget dari kamera 360 itu seberapa cepat proses *stitching*-nya. Ini adalah proses di mana gambar dari dua lensa fisheye (depan dan belakang) digabung jadi satu gambar atau video 360 yang mulus, tanpa terlihat garis sambungan yang jelas. Di Ricoh Theta SC2, proses stitching ini dilakukan langsung di dalam kameranya sendiri, dan hasilnya lumayan cepat. Jadi begitu selesai jepret foto atau rekam video pendek, nggak perlu nunggu lama buat file 360-nya jadi dan siap ditransfer atau dilihat. Ini bikin alur kerja jadi lebih lancar.

Koneksi ke smartphone via Wi-Fi juga relatif cepat terhubung. Caranya standar, tinggal nyalain Wi-Fi di kamera (ada tombol fisiknya), cari nama Wi-Fi kamera di setting Wi-Fi HP, sambungin (biasanya ada password default di bodi kamera atau dusnya), terus buka aplikasi Ricoh Theta. Lewat aplikasi, kita bisa lihat preview real-time (walaupun ada sedikit delay, wajar), atur berbagai setting kamera, lihat hasil jepretan/rekaman, pindahin foto/video ke HP, terus langsung share ke berbagai platform. Proses transfer file juga cepat, terutama buat foto yang ukurannya nggak sebesar video.

Nah, salah satu poin yang perlu jadi pertimbangan adalah memori internal Ricoh Theta SC2 itu sekitar 14GB yang bisa dipakai. Ini adalah memori internal, dan sayangnya, nggak bisa ditambah pake microSD card atau kartu memori eksternal lainnya. Jadi, kapasitasnya ya segitu aja. Buat yang hobi rekam video 4K panjang-panjang (walaupun per klipnya terbatas 3 menit, tapi kalau sering rekam berkali-kali), kapasitas 14GB ini mungkin kerasa kurang cepat penuh. Kita harus rajin-rajin pindahin file ke HP atau laptop buat nge-kosongin memori internal biar bisa terus jepret dan rekam.

Kalau buat foto atau rekam video Full HD sebentar-sebentar sih, 14GB itu lumayan cukup buat banyak jepretan atau rekaman pendek beberapa sesi. Tapi buat penggunaan intensif, manajemen memori jadi penting.

Gimana dengan baterainya? Kapasitas baterainya lumayan buat beberapa sesi jepret-jepret foto atau rekam video Full HD sebentar-sebentar. Tapi begitu sering dipakai rekam video 4K secara kontinyu (sesuai durasi maksimal per klipnya), baterai kerasa lumayan cepat terkuras. Apalagi kalau sering nyalain Wi-Fi buat preview atau transfer data. Disarankan sih kalau mau pake lama, terutama buat rekam video di luar ruangan tanpa akses listrik, siapin power bank atau sumber daya lain buat nge-charge.

Kualitas Foto dan Video 360: Jernih di Terang, Tantangan di Gelap

Ngomongin kualitas gambar, kamera 360 itu beda sama kamera biasa. Fokusnya bukan di detail super tajam di satu titik fokus tertentu, tapi di kemampuan nangkep *seluruh* lingkungan sekitar dengan cukup jelas. Hasil foto 360 dari Ricoh Theta SC2 di kondisi cahaya terang tuh bagus banget buat kelasnya. Detailnya lumayan, warnanya vibrant tapi nggak lebay, dan yang paling penting, proses stitching-nya rapi banget. Jarang kelihatan ada garis atau area yang ‘patah’ atau nggak nyambung dengan mulus di bagian sambungan antara dua gambar dari lensa yang berbeda.

Kemampuan stitching yang bagus ini krusial banget di kamera 360, karena kalau stitching-nya jelek, hasil 360-nya bakal kelihatan aneh, ada objek yang kepotong, atau garis sambungannya kelihatan jelas banget. Di Ricoh Theta SC2, Ricoh tampaknya udah punya algoritma stitching yang matang.

Nah, tantangan kamera 360, terutama yang bukan di segmen super premium dengan sensor besar, biasanya ada di kondisi minim cahaya atau low light. Di sinilah Ricoh Theta SC2 juga menghadapi tantangan yang sama. Kalau di ruangan yang agak gelap, pas malam hari di luar ruangan dengan cahaya minim, atau di area yang kontras cahayanya terlalu jauh (misalnya motret dari dalam ruangan gelap ke arah luar yang terang benderang), noise (bintik-bintik) di foto mulai kelihatan. Dynamic range kamera ini ya standar aja, bukan yang super lebar, jadi area gelap bisa cepat kehilangan detail dan area terang bisa *overexposed*.

Mode Night View memang membantu sedikit dengan bikin eksposur lebih panjang, tapi ya jangan berharap hasilnya bakal bersih banget kayak kamera mirrorless atau DSLR dengan sensor gede dan lensa bukaan lebar. Tapi untuk sekadar nangkep suasana malam hari dalam format 360, ini udah lumayan kok. Intinya, hasil terbaik didapat kalau kita ngasih cahaya yang cukup dan merata di sekitar lokasi yang kita rekam.

Untuk video 360, yang 4K jelas lebih detail dan enak dilihat, apalagi kalau ditonton pake VR headset. Rasa immersive-nya dapet banget. Kita bisa ‘hadir’ kembali di momen itu. Yang Full HD juga masih oke kok buat share di media sosial atau dilihat di HP. Playback-nya mulus, lag-nya minim atau bahkan nggak ada sama sekali pas digeser-geser di HP atau di platform yang support 360. Stitching di video juga tergolong rapi, ini nilai plus.

Aplikasi Ricoh Theta: Pusat Kontrol dan Kreativitas

Pengalaman pake Ricoh Theta SC2 itu sangat bergantung sama aplikasi Ricoh Theta di smartphone. Aplikasi ini bener-bener jadi ‘otak’nya kamera ini. Dari situ kita bisa ngontrol semua. Mulai dari ganti mode foto/video/lainnya, atur berbagai setting kamera (ISO, white balance, exposure compensation, nyalain/matiin self-timer), sampai setting mode My Settings yang bisa kita personalisasi sesuai kebutuhan. Preview real-time 360 juga bisa dilihat langsung di layar HP sebelum menjepret atau merekam.

Setelah foto atau video kerekam dan diproses di kamera, kita bisa langsung lihat hasilnya di aplikasi, pindahin file-nya ke HP, terus melakukan editing ringan. Editing ringan yang tersedia di aplikasi antara lain muter orientasi foto/video (penting banget buat mastiin ‘bawah’ itu beneran di bawah), motong durasi video, atau kasih filter-filter dasar. Yang seru, hasil foto atau video 360 ini bisa langsung di-share ke berbagai platform yang udah support format 360, kayak Facebook, YouTube, atau website khusus Ricoh Theta360. Proses sharing-nya juga relatif gampang.

Memang ada kalanya koneksi Wi-Fi antara kamera dan HP agak rewel atau butuh beberapa kali coba buat tersambung, terutama kalau baru pertama kali pairing atau kalau lagi ada banyak sinyal Wi-Fi lain di sekitar. Atau kadang pas buka preview di aplikasi, responsnya sedikit lambat atau agak putus-putus. Tapi ini bukan masalah besar dan masih dalam batas wajar buat kamera yang sangat bergantung sama koneksi nirkabel ke HP. Secara umum, aplikasi Ricoh Theta ini fungsional dan cukup intuitif buat pengguna baru.

Kelebihan yang Bikin Ricoh Theta SC2 Menarik

  • Sangat Portabel: Bentuknya ramping dan ringan, gampang banget dibawa ke mana-mana. Muat di saku, siap diandalkan kapan aja.
  • Mudah Digunakan: Antarmuka tombol fisik minimalis, kontrol utama lewat aplikasi yang cukup intuitif buat pemula. Ini kamera 360 yang benar-benar *point-and-shoot*. Nggak perlu mikir framing, tinggal jepret, semua kerekam.
  • Proses Stitching Cepat: Penyambungan gambar dari dua lensa dilakukan di dalam kamera dan hasilnya cepat jadi. Ini bikin alur kerja lebih efisien.
  • Punya Mode-Mode Unik: Night View Mode sangat membantu di kondisi gelap, dan Face Beauty Mode itu nilai plus yang jarang ada di kamera 360 lainnya. Mode Underwater juga menarik buat yang suka aktivitas air (dengan casing tambahan).
  • Bisa Rekam Video 4K 360: Walau durasinya terbatas, opsi rekam 4K bikin hasilnya lebih detail dan immersive, cocok buat ditonton pakai VR headset.
  • Harga Relatif Terjangkau: Saat terbaru dirilis, posisinya di segmen menengah yang lebih ramah di kantong dibanding model-model profesional yang harganya bisa berkali-kali lipat.
  • Desain Minimalis dan Keren: Bentuknya nggak kayak kamera pada umumnya, justru lebih mirip gadget modern yang stylish.

Beberapa Kekurangan yang Perlu Diperhatikan

  • Performa Low Light: Kualitas gambar menurun cukup signifikan di kondisi kurang cahaya atau di malam hari. Noise cukup terasa, meskipun mode Night View membantu.
  • Baterai Cepat Habis: Terutama kalau sering dipakai rekam video 4K atau Wi-Fi terus nyala. Harus siap sedia power bank.
  • Memori Internal Terbatas: Kapasitas 14GB yang fix dan nggak bisa pakai kartu memori eksternal. Harus rajin pindah file, terutama kalau sering rekam video.
  • Durasi Rekam Video 4K Terbatas: Hanya 3 menit per klip. Ini bisa jadi penghalang kalau mau rekam momen 4K yang lebih panjang dalam satu kali jalan.
  • Koneksi Wi-Fi Kadang Rewel: Walau mayoritas lancar, kadang butuh beberapa kali coba buat tersambung antara kamera dan HP.
  • Tanpa Layar Preview: Harus selalu pakai smartphone buat lihat apa yang kerekam, atur setting, atau sekadar cek apakah kamera sudah menyala dan siap.
  • Kualitas Audio: Mikrofon bawaannya ya standar saja, cukup buat rekam suara suasana, tapi kalau butuh audio yang bagus dan jernih, perlu solusi audio terpisah.

Kesimpulan: Kamera 360 yang Pas Buat Pemula, Traveler, dan Pengguna Kasual Kreatif

Jadi, Ricoh Theta SC2 ini cocok buat siapa? Menurut saya, kamera 360 ini pas banget buat kamu yang pengen nyoba dunia fotografi dan videografi 360 derajat tanpa harus investasi besar atau pusing sama settingan yang rumit kayak kamera-kamera 360 profesional. Ini adalah kamera yang sangat *fun*, gampang dipake, dan hasilnya langsung bisa dinikmati serta di-share.

Buat para traveler yang pengen nangkep suasana utuh dari tempat yang dikunjungi, content creator pemula yang lagi nyari format konten baru, atau sekadar orang yang suka ngumpul sama temen dan keluarga dan pengen nangkep momen dalam cara yang beda dan immersive, Ricoh Theta SC2 ini bisa jadi pilihan menarik banget. Kamu bisa rekam suasana hangout di kafe, pemandangan pas lagi hiking di gunung, keseruan acara ulang tahun, semuanya dalam format 360 yang bikin penonton ikut ngerasa ‘ada’ di sana pas melihat hasilnya di HP atau VR headset.

Ini bukan kamera buat produksi video VR profesional yang butuh kualitas sinematik sekelas film atau buat fotografer arsitektur/interior yang butuh detail super tajam sampai ke sudut-sudut ruangan gelap. Kekuatan Ricoh Theta SC2 ada di kemudahan penggunaan, portabilitas yang luar biasa, dan kemampuannya buat ngasih pengalaman rekam 360 yang menyenangkan dengan hasil yang cukup layak buat konsumsi pribadi, share di media sosial, atau sekadar dokumentasi momen yang lebih lengkap daripada foto atau video biasa.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang sudah saya sebutkan, Ricoh Theta SC2 berhasil ngasih bukti bahwa merekam sekeliling itu gampang, bisa diakses banyak orang, dan bisa ngasih perspektif baru dalam bercerita lewat gambar atau video. Bukan cuma buat selfie yang itu-itu aja, bukan cuma buat video yang kaku di satu angle, tapi beneran bikin kamu bisa nangkep *seluruh* cerita dari satu momen atau satu lokasi dalam satu gadget kecil yang ringkas ini. Ini adalah langkah awal yang bagus buat terjun ke dunia 360 derajat.

Share this content: