Oke, jadi ceritanya gini. Setelah sekian lama cuma dengerin obrolan orang, baca review sana-sini, dan ngeliatin gambarnya yang sliweran di internet, akhirnya gue kesampean juga nyobain Dell XPS 15. Laptop yang katanya jadi kiblatnya laptop-laptop premium Windows ini. Ekspektasi gue udah lumayan tinggi sih, tapi jujur, pas barangnya sampe dan gue buka kotak dusnya, ada perasaan yang beda. Bukan cuma senang punya gadget baru, tapi lebih ke… rasa penasaran yang campur aduk sama sedikit skeptis. Emang beneran sebagus itu? Kok harganya bisa lumayan bikin dompet langsung puasa panjang?
Pertama kali gue pegang bodinya, langsung kerasa premiumnya. Material aluminium di bagian luar dan serat karbon di palm rest-nya itu ngasih sensasi dingin dan kokoh yang beda banget dibanding laptop plastik kebanyakan. Finishing-nya rapi, minim detail yang berlebihan, pokoknya kelihatan minimalis tapi elegan. Beratnya memang bukan yang paling enteng di kelasnya, tapi buat ukuran laptop 15 inci dengan performa yang ditawarkan, masih tergolong wajar dan nyaman dibawa-bawa. Begitu gue buka lid-nya, yang langsung nyita perhatian itu tentu aja layarnya. Bingkai layarnya alias bezel-nya tipis banget, istilah Dell-nya InfinityEdge display. Ini yang bikin layar 15 inci-nya kerasa lebih luas dan imersif. Kesan pertama? Mewah, solid, dan kayaknya laptop ini memang serius buat kerjaan yang butuh presisi sekaligus gaya. Gimana Rasanya Pakai Hasselblad X2D 100C Apakah Ini Kamera Impian Kamu Selama Ini
Momen “Kok baru sekarang ya gue pake Dell XPS 15?” itu muncul beneran pas gue mulai nyalain dan ngulik lebih dalam. Booting-nya cepet banget, khas SSD kenceng. Begitu masuk desktop, yang paling bikin takjub kedua setelah desainnya adalah kualitas layarnya. Unit yang gue coba ini pakai panel dengan resolusi tinggi (ada opsi 4K+ atau malah yang terbaru udah ada OLED, tapi yang gue pegang ini versi resolusi tinggi standar mereka yang juga udah kinclong banget). Warna yang ditampilin itu lho, vibrant tapi tetap akurat. Detailnya tajam, kontrasnya oke, dan tingkat kecerahannya juga tinggi. Buat gue yang lumayan sering ngedit foto atau sekadar nonton film, layar kayak gini tuh penting banget. Rasanya beda gitu liat hasil kerja atau konten hiburan di layar yang emang kualitasnya di atas rata-rata. Ini nih salah satu nilai jual utama XPS 15 yang emang susah ditandingi sama banyak kompetitor di kelasnya. Bezel tipis tadi beneran ngaruh bikin pengalaman visual jadi makin mantap.
Beralih ke performa, Dell XPS 15 terbaru ini kan biasanya dibekali prosesor Intel Core i terbaru dan kartu grafis diskrit NVIDIA GeForce RTX. Kombinasi ini jelas bukan buat main-main. Gue coba pakai buat buka banyak aplikasi barengan: browser dengan puluhan tab, software editing foto (Lightroom/Photoshop), sedikit coba ngedit video di Premiere Pro, plus aplikasi chatting dan email yang nyala terus. Hasilnya? Smooth banget. Nggak ada tuh yang namanya lag atau stuttering yang gangguin alur kerja. Rendering foto atau video juga kerasa jauh lebih cepet dibanding laptop gue sebelumnya. Ini bukti bahwa spek di atas kertas itu memang diterjemahkan dengan baik ke performa nyata. Buat yang kerjanya butuh power lebih, entah itu content creator, programmer yang sering compile kode berat, atau bahkan gamer kasual, XPS 15 ini rasanya udah lebih dari cukup. Buka Aja OnePlus Open Kamu Bakal Langsung Ngerti Bedanya
Tapi ya, performa tinggi itu kadang ada konsekuensinya, yaitu panas. Pas lagi dipakai kerja berat, misalnya rendering video durasi panjang, bagian bawah laptop dan area di atas keyboard memang kerasa hangat, bahkan kadang panas. Kipasnya juga otomatis muter lebih kenceng buat ngebuang panas, jadi suara kipasnya lumayan kedengeran. Nggak sampai ganggu banget sih kalau di ruangan normal, tapi kalau lagi hening banget, mungkin agak noticeable. Ini wajar sih buat laptop tipis dengan komponen bertenaga, manajemen termal jadi tantangan tersendiri. Dell udah berusaha keras dengan sistem pendinginnya, tapi tetap aja ada batasnya. Tapi buat pemakaian sehari-hari yang standar, buka-buka dokumen, browsing, atau streaming, laptop ini tetep adem ayem kok.
Soal keyboard dan touchpad, ini juga jadi bagian penting dari pengalaman pakai laptop sehari-hari. Keyboard Dell XPS 15 ini punya travel key yang pas, nggak terlalu dangkal tapi juga nggak terlalu dalam. Ngetik jadi nyaman dan akurat buat durasi lama. Backlight-nya juga membantu banget pas kerja di kondisi minim cahaya. Nah, touchpad-nya ini yang gue suka banget. Ukurannya gede, permukaannya halus, dan responsif banget. Gesture multi-touch di Windows 11 kerasa natural dan presisi di touchpad ini. Salah satu touchpad Windows terbaik yang pernah gue coba, rival-rivalnya paling cuma segelintir laptop premium dari merk lain.
Konektivitas jadi satu area yang mungkin perlu jadi pertimbangan. Di unit yang gue coba ini, port-nya dominan USB-C/Thunderbolt. Memang standar laptop modern sih, tapi buat gue yang masih sering pakai USB-A atau butuh colokan HDMI fisik tanpa dongle, ini agak PR. Untungnya masih ada slot SD Card reader, ini penting banget buat fotografer atau videografer. Tapi buat yang port-nya masih campur aduk, siap-siap sedia dongle atau hub ya. Ini bukan kekurangan fatal sih, cuma adaptasi aja sama tren konektivitas terbaru.
Ngomongin soal baterai, ini juga faktor krusial buat laptop yang pengen dibawa ke mana-mana. Dengan spek yang lumayan powerful dan layar resolusi tinggi, ekspektasi gue nggak muluk-muluk banget. Dalam pemakaian standar (browsing, ngetik, streaming musik), baterainya bisa tahan sekitar 6-8 jam tergantung tingkat kecerahan layar. Kalau dipake buat kerja berat kayak ngedit, tentu aja daya tahannya bakal turun drastis. Jadi kalau mau kerja berat di luar, mending colok charger aja. Tapi buat meeting, presentasi, atau kerja ringan di kafe beberapa jam, baterainya udah lumayan oke kok. Fitur ExpressCharge-nya juga ngebantu banget kalau lagi buru-buru, bisa ngisi daya baterai lumayan cepet.
Dell XPS 15 ini juga datang dengan software bawaan yang relatif bersih. Nggak banyak bloatware nggak jelas yang numpuk. Dell cuma kasih beberapa aplikasi pendukung kayak Dell Power Manager buat atur profil performa dan baterai, atau Dell Update buat ngecek driver. Ini bikin pengalaman pakai jadi lebih lancar dan nggak ribet. Dell juga punya aplikasi Mobile Connect (atau penerusnya) yang memungkinkan integrasi sama smartphone, cukup berguna buat yang pengen keep track notifikasi atau transfer file tanpa pindah-pindah device.
Selama beberapa waktu pakai XPS 15 ini sebagai daily driver, gue ngerasain banget bedanya. Mulai dari buka laptop, lihat layar, ngetik, sampai ngelakuin tugas-tugas yang lumayan demanding, semuanya kerasa lebih effortless dan menyenangkan. Ada rasa percaya diri aja gitu pakai laptop yang emang performanya bisa diandalkan dan kualitas build-nya premium. Laptop ini beneran ningkatin produktivitas gue karena nggak ada lagi kendala teknis yang bikin frustrasi kayak lag atau aplikasi crash.
Nah, sekarang coba kita rangkum kelebihan dan kekurangannya yang paling kerasa: Ini dia sensasi main game yang cuma ASUS ROG Phone 7 bisa kasih ke kamu
Kelebihan:
- Desain dan Build Quality Premium: Material kokoh, finishing rapi, kelihatan dan kerasa mewah.
- Layar InfinityEdge: Bezel super tipis, kualitas layar fantastis (resolusi tinggi, warna akurat, cerah), imersif buat kerja maupun hiburan.
- Performa Mumpuni: Kombinasi prosesor Intel Core i terbaru dan GPU NVIDIA RTX cukup powerful buat berbagai skenario, termasuk kerja kreatif dan gaming kasual.
- Keyboard dan Touchpad Nyaman: Pengalaman ngetik yang pas dan touchpad yang gede, halus, dan responsif.
- Software Minimalis: Bloatware relatif sedikit, pengalaman pakai jadi lebih bersih.
- SD Card Reader: Fitur kecil tapi krusial buat sebagian profesional.
Kekurangan:
- Harga: Jelas, ini laptop premium dengan harga premium. Nggak ramah di kantong semua orang.
- Konektivitas Port: Dominan USB-C/Thunderbolt, butuh dongle buat port lawas atau lebih banyak port.
- Manajemen Termal: Bisa jadi agak panas dan berisik saat dipakai kerja super berat dalam waktu lama.
- Baterai: Lumayan oke, tapi bukan yang terbaik di kelasnya, apalagi dengan layar resolusi tinggi.
Jadi, kembali lagi ke pertanyaan awal: “Kok baru sekarang ya gue pake Dell XPS 15?”. Jawabannya simpel, mungkin karena baru sekarang ada kesempatan dan kebutuhan yang pas buat punya laptop di level ini. Dell XPS 15 ini bukan laptop buat semua orang. Harganya yang nggak murah bikin laptop ini lebih cocok buat profesional atau kreator konten yang memang butuh performa tinggi, kualitas layar terbaik, dan build quality premium untuk menunjang pekerjaan mereka sehari-hari. Buat yang cuma butuh laptop buat ngetik, browsing, atau nonton film sesekali, mungkin spek dan harga XPS 15 ini overkill.
Tapi kalau kamu memang lagi cari laptop Windows yang bisa diandalkan buat kerja keras, punya layar yang manjain mata, desain yang bikin bangga dibawa ke mana-mana, dan pengalaman pakai yang seamless, Dell XPS 15 ini layak banget jadi pertimbangan utama. Semua aspek penting dari sebuah laptop premium ada di sini dan dikerjakan dengan sangat baik oleh Dell. Memang ada beberapa kekurangan kecil, tapi secara keseluruhan, paket yang ditawarkan Dell XPS 15 ini beneran solid. Pengalaman gue pakai laptop ini bikin gue ngerti kenapa seri XPS ini selalu jadi benchmark di dunia laptop Windows. Jadi, kalau budget memungkinkan dan kebutuhanmu memang sejalan, jangan tunda-tunda lagi kayak gue. Laptop ini worth the investment buat yang serius dengan produktivitas dan kualitas.
Share this content: