Oke, jadi kali ini kita ngobrolin gadget yang bentukannya agak beda dari laptop biasa. Yang kita pegang sekarang itu Xiaomi Book S 12.4. Denger namanya aja udah kebayang kan, pasti ini tipis dan ringan banget. Dan jujur, kesan pertama waktu megang device ini memang langsung ke arah sana. Pas dipegang, terasa solid tapi enteng banget. Kayak bawa map atau buku tulis tebal aja.
Desainnya minimalis khas Xiaomi, dominan warna gelap gitu. Bodi belakangnya kayaknya dari material yang kokoh, bukan plastik murahan. Bentuknya tablet gitu, terus ada kickstand di belakangnya yang bisa dibuka buat nyenderin layar. Nah, ini yang bikin dia fleksibel. Mau dipakai kayak tablet, bisa. Mau dipasang keyboard cover (yang sayangnya biasanya dijual terpisah), langsung jadi mirip laptop mini.
Layarnya sendiri ukuran 12.4 inci, pas lah buat kerja sambil nongkrong di kafe atau buat dibawa meeting. Resolusinya udah tinggi, 2560 x 1600 piksel, jadi gambarnya tajem banget, warna juga kelihatan ngejreng. Buat nonton film atau edit-edit foto ringan sih enak dipandang. Layarnya juga udah sentuh, jadi navigasi ala tablet Windows itu kerasa natural.
Tapi gini, yang bikin Xiaomi Book S 12.4 ini beda dan mungkin jadi “kejutan” buat banyak orang, itu ada di jeroannya. Dia nggak pakai prosesor Intel atau AMD yang biasa kita temuin di laptop Windows pada umumnya. Device ini ditenagai sama chip Qualcomm Snapdragon 8cx Gen 2. Nah, ini prosesor yang arsitekturnya basisnya ARM, mirip kayak yang ada di smartphone atau tablet, bukan x86 yang biasa dipakai di PC desktop atau laptop konvensional.
Apa dampaknya pakai chip ARM di Windows? Yang paling kerasa itu soal efisiensi daya dan konektivitas. Baterainya awet banget, ini sih juara! Buat yang kerjanya mobile, seharian di luar tanpa colokan bukan masalah besar. Nyalain device dari mode sleep juga cepet banget, kayak buka layar smartphone gitu. Selalu siap pakai.
Nah, tapi ada tapinya nih. Karena arsitekturnya beda, nggak semua aplikasi Windows yang biasa kita pakai itu bisa langsung jalan mulus di sini. Aplikasi-aplikasi yang udah dioptimasi buat Windows di ARM (native) kayak Microsoft Office terbaru, Edge, atau banyak aplikasi di Microsoft Store sih aman jaya. Tapi kalau aplikasi lama atau aplikasi desktop yang basisnya x86, dia butuh semacam “terjemahan” atau emulasi buat bisa jalan. Emulasi ini kadang bikin performanya nggak secepat di laptop x86 yang setara, terutama buat aplikasi yang berat atau game.
Jadi, buat kerjaan sehari-hari kayak ngetik dokumen, browsing, buka email, streaming video, atau pakai aplikasi chatting, Xiaomi Book S 12.4 ini udah lebih dari cukup. Lancar banget malah. Tapi kalau kamu butuh software berat kayak software desain grafis profesional, edit video 4K kompleks, atau main game PC terbaru, kayaknya device ini bukan pilihan utama. Ini lebih cocok buat produktivitas ringan sampai menengah dan tentu saja, buat menikmati konten dengan layarnya yang bagus. OPPO Reno11 F 5G Bikin Hasil Foto Portrait Kamu Langsung Naik Kelas
RAM-nya sendiri lumayan buat multitasking ringan, biasanya 8GB. Storage-nya pakai SSD, jadi buka tutup aplikasi atau pindah-pindah file juga kerasa ngebut. Tapi ya balik lagi, performa totalnya tetap dipengaruhi sama chip Snapdragon tadi dan bagaimana Windows menangani aplikasi x86 lewat emulasi.
Fitur lain yang patut disebut, dia punya kamera depan dan belakang. Buat video call, kamera depannya lumayan bening. Kamera belakangnya ada sih, tapi ya namanya juga tablet/laptop, bukan buat gantiin kamera smartphone utama kamu ya. Lebih buat iseng atau scan dokumen aja mungkin.
Device ini juga support stylus, namanya Xiaomi Smart Pen. Ini juga biasanya dijual terpisah. Buat yang suka nyatet pakai tangan langsung di layar atau bikin sketsa digital, stylus ini ngebantu banget. Latensinya lumayan rendah, kerasa responsif pas dipakai nulis atau gambar.
Port konektivitasnya minimalis banget, cuma ada satu port USB Type-C yang udah support display output juga. Jadi kalau mau colok macem-macem kayak flash disk, monitor eksternal, atau aksesoris lain, butuh dongle atau hub. Ini konsekuensi dari bodinya yang super tipis memang.
Bagaimana pengalaman pakainya sehari-hari? Kalau buat dibawa-bawa, ini device enak banget. Ringan, tipis, baterai awet. Buat ngetik pakai keyboard cover-nya (kalau beli), rasanya lumayan nyaman, nggak yang kopong banget gitu tombolnya. Trackpad-nya juga lumayan responsif, meskipun ya nggak seluas trackpad di laptop konvensional yang lebih besar. Dipakai mode tablet buat baca-baca atau nonton video di kasur juga asyik. Kamera Saku Ricoh GR IIIx Kenapa Dia Jadi Teman Setia Street Photography Buat Kamu
Tapi ya itu tadi, yang perlu digarisbawahi banget adalah soal kompatibilitas aplikasi Windows di arsitektur ARM. Sebelum memutuskan, pastikan aplikasi utama yang kamu pakai sehari-hari itu udah jalan lancar di Windows di ARM. Bisa cek di website Microsoft atau forum-forum komunitas. Karena kalau ternyata aplikasi krusial kamu nggak jalan atau jalannya lemot parah, secanggih dan setipis apapun device-nya, kan jadi percuma.
Jadi, siapa sih yang cocok pakai Xiaomi Book S 12.4 ini? Menurut saya, device ini pas buat kamu yang:
- Super mobile dan butuh device yang ringan, tipis, dan baterainya tahan lama banget.
- Kerjanya dominan ngetik, browsing, email, streaming, dan pakai aplikasi-aplikasi Microsoft Office atau aplikasi modern dari Microsoft Store.
- Pengen punya device 2-in-1 yang bisa jadi tablet dan “laptop” sewaktu-waktu.
- Mungkin udah punya PC desktop atau laptop utama buat kerjaan berat, dan butuh device sekunder buat dibawa-bawa.
- Suka dengan desain minimalis dan premium.
- Tertarik nyoba sensasi pakai Windows di chip ARM.
Tapi device ini mungkin kurang cocok buat kamu yang:
- Butuh performa kencang buat menjalankan aplikasi berat seperti software editing video/foto profesional, CAD, atau gaming PC.
- Sangat bergantung pada aplikasi desktop x86 lama yang mungkin belum optimal di Windows di ARM.
- Butuh banyak port konektivitas fisik.
- Mungkin kalau diadu head-to-head soal performa mentah dengan laptop x86 di rentang harga yang sama, device x86 bisa lebih unggul di beberapa skenario.
Secara keseluruhan, Xiaomi Book S 12.4 ini adalah device yang menarik. Dia bukan sekadar tablet Windows biasa yang dipasangi keyboard. Dia menawarkan pengalaman yang agak berbeda berkat penggunaan chip ARM. Kejutan terbesarnya buat saya adalah kombinasi portabilitas ekstrem, layar yang bagus, dan daya tahan baterai yang luar biasa. Ini jadi nilai jual utama yang bikin dia menonjol di tengah gempuran laptop konvensional.
Kalau kamu memang cari device yang super portabel, baterainya nggak habis-habis, dan kebutuhan aplikasi kamu cocok dengan ekosistem Windows di ARM yang makin berkembang, Xiaomi Book S 12.4 ini patut banget dipertimbangkan. Dia membuktikan kalau tipis itu bukan cuma soal estetika, tapi juga bisa membawa kejutan dalam hal fungsionalitas, terutama daya tahan baterai yang bikin hidup jadi lebih praktis.
Share this content: