Sony Alpha a6400 Autofokus Secepat Pikiranmu Bikin Kamu Nggak Kehilangan Momen Berharga

Oke, mari kita ngobrolin gadget yang satu ini. Kalau kamu hobi motret atau bikin video, pasti tahu dong betapa krusialnya momen itu. Satu detik aja bisa jadi beda cerita. Nah, ada satu kamera yang sempat bikin heboh di kelasnya waktu pertama kali muncul, dan sampai sekarang masih jadi pilihan banyak orang, yaitu Sony Alpha a6400. Kamera mirrorless APS-C ini digadang-gadang punya satu fitur andalan yang performanya bikin geleng-geleng: Autofokusnya. Jujur aja, pas pertama kali pegang dan coba, langsung kerasa bedanya sama kamera yang saya pakai sebelumnya di rentang harga yang sama. Kamera ini terasa ringkas, solid, dan yang paling penting, responsif banget.

Desain dan Genggaman Awal

Secara fisik, Sony a6400 ini mewarisi DNA kamera mirrorless seri Alpha 6000 Sony. Bodinya lumayan ringkas dan terasa cukup kokoh berkat material magnesium alloy di bagian depan. Desainnya khas Sony banget, minimalis tapi fungsional. Genggamannya menurut saya pas di tangan, gripnya cukup dalam jadi nyaman buat dipegang lama, apalagi kalau pakai lensa-lensa yang nggak terlalu besar. Beratnya juga nggak bikin pegal, cocok banget buat yang suka bawa kamera jalan-jalan atau travelling. Ukurannya yang nggak makan tempat ini jadi nilai plus sendiri kalau dibandingin sama kamera DSLR sekelas.

Penempatan tombol-tombolnya standar ala Sony mirrorless, sebagian besar bisa dijangkau jempol kanan. Ada beberapa tombol fungsi yang bisa di-custom sesuai kebutuhan, ini ngebantu banget buat nyetel kamera biar kerjanya cepat. Tapi, buat yang baru pertama kali pakai Sony, mungkin menu di layarnya agak bikin pusing karena banyak banget opsi, khas menu Sony yang legendaris itu. Butuh sedikit waktu buat membiasakan diri, tapi setelahnya sih fine-fine aja.

Satu hal yang sering jadi perdebatan adalah layarnya. a6400 pakai layar sentuh yang bisa ditekuk (tilting). Bisa ditekuk ke atas sampai 180 derajat dan ke bawah sekitar 74 derajat. Ini berguna banget buat motret low-angle atau high-angle, dan yang paling hits, buat selfie atau vlogging. Nah, tapi ada catatannya, kalau layarnya ditekuk 180 derajat ke atas, dia bakal nutupin hotshoe. Jadi kalau kamu pasang mikrofon eksternal di hotshoe, layarnya nggak bakal kelihatan full. Ini agak PR buat para vlogger yang pakai mic eksternal dan pengen lihat preview diri sendiri. Layarnya juga udah sentuh, yang kepakai banget buat milih titik fokus dengan cepat.

Performa di Balik Bodi Ringkas

Meskipun bodinya ringkas, jangan remehin performanya. Sony a6400 dibekali sensor APS-C Exmor CMOS 24.2MP dan prosesor gambar BIONZ X yang terbaru di kelasnya waktu itu. Kombinasi ini bikin kamera ini responsif banget. Pas nyalain, nggak butuh waktu lama buat siap motret. Shutter lag-nya juga minim. Buat motret objek bergerak cepat, kamera ini bisa nyetor gambar continuous shooting sampai 11 frame per detik dengan mechanical shutter (atau 8 fps kalau pakai silent shooting), dan yang keren, dengan tracking AF/AE yang aktif! Artinya, setiap foto di rentetan itu fokus dan eksposurnya diukur ulang, bukan cuma dikunci di foto pertama. Ini krusial banget buat nangkap momen-momen krusial di olahraga atau aksi.

Buffer depth-nya juga lumayan, bisa nampung cukup banyak foto JPEG atau RAW sebelum kameranya melambat. Jadi kalau kamu motret burst panjang, dia nggak langsung ‘tersedak’. Tentu aja, performa buffer ini juga dipengaruhi sama kecepatan kartu memori yang kamu pakai.

Bintang Utamanya: Autofokus yang Secepat Pikiran

Oke, ini dia bagian yang paling menarik dan jadi selling point utama a6400: sistem autofokusnya. Sony menyebutnya “Real-time Eye AF” dan “Real-time Tracking”. Kedengarannya canggih kan? Memang canggih. Kamera ini punya 425 titik Phase-Detection AF dan 425 titik Contrast-Detection AF yang tersebar hampir merata di seluruh frame, mencakup sekitar 84% area sensor. Ini artinya, kamu bisa naruh subjek di mana aja di dalam frame, kemungkinan besar AF-nya bakal bisa nangkap fokusnya.

Nah, yang bikin beda itu implementasi AI (Artificial Intelligence) di sistem AF-nya. Waktu pertama kali pakai fitur Real-time Eye AF, rasanya kayak sulap. Kamu arahin kamera ke wajah orang, dalam sekejap langsung muncul kotak hijau kecil di matanya. Bukan cuma mendeteksi wajah, tapi langsung ke matanya! Dan yang bikin takjub lagi, kalau subjeknya bergerak, kepalanya menoleh, atau bahkan matanya sedikit tertutup, kotak hijau itu tetap ‘nempel’ di matanya seolah pakai lem. Ini bikin motret portrait, fashion, atau bahkan street photography di mana orang bergerak jadi jauh lebih mudah buat dapatkan fokus yang super tajam di bagian mata, yang notabene titik paling penting di foto portrait.

Sony bahkan merilis update firmware yang menambahkan kemampuan Real-time Eye AF buat binatang. Jadi buat kamu yang suka motret hewan peliharaan atau wildlife, fitur ini juga sangat membantu buat nangkap momen dengan fokus tajam di mata mereka yang seringkali bergerak nggak terduga.

Selain Eye AF, ada juga Real-time Tracking. Ini fitur buat ngikutin objek yang kamu pilih, entah itu orang, hewan, atau benda mati. Sistemnya pakai AI buat menganalisis informasi spasial (warna, jarak, pola) dari subjek itu. Jadi, begitu kamu sentuh layar atau arahin kotak AF ke objek, kamera bakal ngunci dan ngikutin objek itu kemanapun dia bergerak di dalam frame dengan presisi yang luar biasa. Misalnya, kalau kamu lagi merekam anak kecil lari-larian, tinggal sentuh di layar, dan kamera bakal ngikutin dia terus. Kalau dia berbalik dan matanya kelihatan, Tracking ini otomatis bakal seamlessly beralih ke Real-time Eye AF. Perpaduan Eye AF dan Tracking ini yang bikin performa AF a6400 diakui banget di kelasnya, responsifnya beneran terasa “secepat pikiran” kamu mau fokus di mana.

Sony mengklaim kecepatan akuisisi fokusnya cuma 0.02 detik, tercepat di dunia untuk kamera APS-C waktu itu. Angka itu memang kerasa banget di prakteknya. Nggak ada lagi cerita kehilangan momen penting gara-gara kamera lambat nyari fokus. Mau motret spontan, olahraga, anak-anak main, atau apapun yang bergerak, a6400 terasa sangat reliable.

Kualitas Gambar dan Video

Sensor 24MP APS-C di a6400 ngasih kualitas gambar yang sangat baik. Detailnya tajam, dynamic range-nya luas, dan warna jepretannya khas Sony yang cenderung natural tapi bisa di-edit buat jadi lebih punchy. Performa di cahaya minimnya juga oke buat ukuran sensor APS-C, noise masih terkontrol dengan baik sampai ISO yang lumayan tinggi.

Buat yang suka ngerekam video, a6400 ini juga sangat capable. Bisa merekam video 4K (resolusi 3840×2160) sampai 30p. Rekaman 4K-nya ini di-oversample dari sensor 6K, jadi hasilnya sangat detail dan tajam. Buat videografer serius, ada juga pilihan picture profile seperti S-Log2, S-Log3, dan HLG (Hybrid Log-Gamma) yang ngasih dynamic range lebih luas buat fleksibilitas saat color grading di post-production. Fitur Real-time Eye AF dan Tracking juga berfungsi saat merekam video, bikin subjek tetap fokus meskipun bergerak. Ini nilai plus banget buat vlogging atau merekam adegan bergerak tanpa bantuan fokus manual.

Namun, ada satu kekurangan yang cukup signifikan buat video: kamera ini nggak punya In-Body Image Stabilization (IBIS). Jadi, kalau kamu rekam video sambil jalan atau pakai lensa non-stabil, hasilnya bakal kelihatan goyang. Sony punya fitur Active SteadyShot digital, tapi itu bakal nge-crop gambar dan hasilnya juga nggak sebaik IBIS atau stabilizer lensa. Jadi, buat yang serius ngerekam video handheld, siap-siap pakai lensa yang ada stabilizernya (OSS – Optical SteadyShot) atau pakai gimbal.

Fitur Lain yang Perlu Diketahui

  • Electronic Viewfinder (EVF): Punya resolusi 2.36 juta titik. Cukup tajam dan ngebantu banget buat motret di bawah sinar matahari terik di mana layar LCD susah kelihatan.
  • Baterai: Pakai baterai standar Sony NP-FW50. Kapasitasnya lumayan, tapi kalau dipakai intensif, apalagi buat video 4K, bakal cepat habis. Bawa baterai cadangan itu wajib. Untungnya, kamera ini bisa dicas via USB, jadi bisa pakai power bank.
  • Konektivitas: Ada Wi-Fi dan Bluetooth buat transfer foto/video ke smartphone pakai aplikasi Imaging Edge Mobile. Juga ada port micro HDMI dan port micro USB. Sayangnya masih pakai micro USB, bukan USB-C yang lebih kekinian. Ada juga port mikrofon 3.5mm, tapi nggak ada port headphone.
  • Built-in Flash: Ada flash pop-up kecil. Lumayan ngebantu kalau lagi butuh cahaya darurat, tapi jangan berharap banyak soal kekuatannya ya.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Penggunaan Harian

Dari pengalaman pakai, kelebihan utama a6400 jelas di performa AF-nya yang nggak ada lawan di kelasnya waktu itu. Ini mengubah cara motret, bikin kamu lebih percaya diri buat nangkap momen apapun. Ukurannya yang compact juga bikin kamera ini enak dibawa kemana-mana. Kualitas gambar dan videonya juga di atas rata-rata, apalagi dengan opsi log profile buat video. Kecepatan continuous shooting-nya juga mantap.

Tapi ada juga kekurangannya. Layar tilting yang nggak bisa ditekuk ke samping atau ke depan tanpa ketutup hotshoe itu agak annoying buat vlogger pakai mic eksternal. Nggak adanya IBIS juga jadi PR buat handheld video. Menu Sony yang rumit butuh waktu adaptasi. Port micro USB terasa jadul. Baterai yang cepat habis kalau dipakai intensif juga perlu dicatat.

Siapa yang Cocok Pakai Sony Alpha a6400?

Kamera ini sangat cocok buat:

  • Fotografer antusias yang pengen upgrade dari kamera entry-level atau smartphone, butuh kamera mirrorless yang compact dengan AF super cepat.
  • Fotografer portrait, street, atau sport/action yang butuh akurasi dan kecepatan AF tinggi buat subjek bergerak.
  • Vlogger atau content creator yang butuh kualitas video 4K bagus, AF Tracking yang reliable, dan ukuran kamera yang nggak terlalu besar (meskipun perlu solusi stabilisasi eksternal atau lensa OSS).
  • Orang yang pengen kamera mirrorless dengan ekosistem lensa yang luas (Sony E-mount punya banyak pilihan lensa, dari Sony sendiri maupun pihak ketiga).

Kamera ini mungkin kurang cocok buat profesional yang butuh IBIS wajib untuk pekerjaan video handheld, atau yang terbiasa dengan ergonomi dan menu kamera brand lain yang berbeda jauh.

Kesimpulan

Sony Alpha a6400, meskipun bukan kamera terbaru lagi, masih tetap sangat relevan dan powerful di pasaran. Alasan utamanya adalah performa autofokusnya yang memang luar biasa untuk kelasnya. Fitur Real-time Eye AF dan Tracking-nya beneran bikin kamu jarang kehilangan momen, seolah kamera ini bisa membaca pikiran kamu mau fokus ke mana. Kualitas gambar dan video 4K-nya juga sangat kompetitif. Memang ada beberapa catatan seperti absennya IBIS atau desain layar yang agak terbatas untuk vlogging dengan mic eksternal, tapi kalau prioritas kamu adalah kecepatan dan akurasi fokus dalam bodi yang ringkas, Sony a6400 ini sulit ditolak. Ini adalah kamera yang sangat capable, reliable, dan bisa jadi partner kreatif yang hebat buat nangkap semua momen berharga kamu dengan tajam.

Share this content: