Nyobain Nothing Phone (2a) Bikin Kamu Keliatan Beda Tapi Kantong Aman

Oke, jadi gini. Di tengah lautan smartphone yang gitu-gitu aja, kadang kita pengen tampil beda, kan? Pengen punya gadget yang nggak cuma canggih, tapi juga punya karakter kuat, bikin orang noleh pas kita keluarin dari kantong. Nah, kalau kamu ngerasa gitu, mungkin nama “Nothing” udah nggak asing lagi. Brand yang satu ini emang dari awal niatnya bikin gebrakan dengan desain transparan dan lampu-lampu unik bernama Glyph Interface.

Sebelumnya, mereka udah rilis Nothing Phone (1) dan Phone (2) yang sukses mencuri perhatian. Tapi, jujur aja, harganya mungkin bikin sebagian dari kita mikir dua kali. Kabar baiknya, Nothing dengerin suara kita semua. Mereka baru aja meluncurkan jagoan baru yang lebih ramah di kantong, namanya Nothing Phone (2a). Pertanyaannya, apakah dengan harga yang lebih terjangkau, “rasa” Nothing yang unik itu masih ada? Apakah ini cuma versi downgrade, atau justru jadi pilihan paling *worth it* buat tampil beda tanpa bikin dompet nangis? Yuk, kita bedah bareng-bareng pengalaman nyobain Nothing Phone (2a) ini.

Desain yang Tetap “Nothing”, Tapi Beda

Pas pertama kali pegang Nothing Phone (2a), kesan pertama yang muncul adalah… ini memang Nothing. DNA desain transparan yang jadi ciri khas mereka tetap dibawa. Tapi, ada beberapa penyesuaian yang bikin dia beda dari kakak-kakaknya. Kalau Phone (1) dan (2) pakai material kaca di belakang dan frame aluminium, Phone (2a) memilih jalur yang lebih pragmatis dengan menggunakan polikarbonat alias plastik berkualitas tinggi untuk frame dan bagian belakangnya. Akhirnya Sony WF-1000XM5 Ada di Telinga Kamu Ini Kesannya

Apakah ini terasa murahan? Jujur, nggak juga. Nothing pintar memilih material plastik yang solid, nggak terasa kopong atau gampang melengkung. Finishing-nya juga rapi. Malah, penggunaan plastik ini bikin bobotnya jadi lebih ringan (sekitar 190 gram) dan mungkin lebih tahan banting kalau nggak sengaja jatuh dibanding kaca. Genggamannya juga nyaman berkat sisi frame yang agak datar tapi tetap ada sedikit lengkungan halus biar nggak terlalu kaku di tangan.

Yang paling mencolok tentu aja desain bagian belakangnya. Area modul kamera kini dipusatkan di bagian tengah atas, ngasih kesan simetris yang unik, sedikit mengingatkan sama robot atau karakter fiksi ilmiah. Dua lensa kameranya disusun horizontal. Di sekeliling modul kamera inilah letak Glyph Interface versi (2a). Ya, lampu ikonik itu tetap ada, meskipun jumlah zona LED-nya lebih sedikit dibanding Phone (2) (3 zona di (2a) vs 11 zona di (2)). Nanti kita bahas lebih lanjut soal Glyph ini.

Bagian bawah penutup belakang transparan masih memperlihatkan beberapa komponen internal, seperti kumparan fleksibel yang didesain menyerupai “jeroan” ponsel, ngasih estetika industrial yang keren. Pilihan warnanya ada Hitam dan Putih, keduanya sama-sama nunjukkin elemen transparan dengan cara yang menarik. Oh iya, ponsel ini juga punya sertifikasi IP54, artinya tahan percikan air dan debu. Jadi, kalau kehujanan dikit atau kena tumpahan minuman, harusnya masih aman.

Secara keseluruhan, desain Nothing Phone (2a) berhasil mempertahankan identitas unik brand sambil melakukan penyesuaian cerdas untuk menekan harga. Dia mungkin nggak se-premium Phone (2), tapi jelas jauh lebih menarik dan punya karakter dibanding kebanyakan ponsel lain di kelas harganya.

Layar AMOLED yang Memanjakan Mata

Bagian depan Nothing Phone (2a) didominasi layar yang, menurut saya, jadi salah satu nilai jual utamanya. Kita disuguhkan panel Flexible AMOLED berukuran 6,7 inci dengan resolusi Full HD+ (1084 x 2412 piksel). Kenapa “Flexible”? Ini memungkinkan Nothing membuat bezel di sekeliling layar jadi super tipis dan simetris di keempat sisinya. Estetikanya jadi cakep banget, kelihatan modern dan imersif.

Kualitas visualnya nggak main-main. Warna-warna tampil vibrant dan punchy khas AMOLED, dengan hitam yang pekat sempurna. Nonton film atau series di Netflix, scrolling media sosial, lihat-lihat foto, semuanya terasa memuaskan di layar ini. Tingkat kecerahannya juga oke punya, diklaim bisa mencapai 1300 nits (puncak), jadi masih cukup nyaman dipakai di bawah sinar matahari langsung, meskipun mungkin nggak se-terang layar flagship mahal.

Yang bikin makin asyik adalah refresh rate adaptif 120Hz. Artinya, pergerakan di layar terasa super mulus, mulai dari scrolling sampai main game yang mendukung. Karena adaptif (bisa turun sampai 30Hz), ini juga bantu menghemat baterai saat layar menampilkan konten statis. Ada juga dukungan HDR10+ yang bikin konten video yang kompatibel jadi makin hidup dengan kontras dan warna yang lebih kaya.

Di bagian atas tengah layar, ada punch-hole kecil untuk kamera depan. Ukurannya nggak mengganggu pandangan. Untuk keamanan, sensor sidik jari ditanam di bawah layar (in-display fingerprint sensor). Performanya cukup cepat dan akurat selama jari kita nggak terlalu basah atau kotor. Proteksi layarnya menggunakan Corning Gorilla Glass 5, cukup standar untuk kelas menengah, memberikan perlindungan dari goresan ringan.

Performa Dimensity 7200 Pro: Kencang dan Efisien

Nah, ini bagian yang sering jadi perhatian. Gimana performa Nothing Phone (2a)? Di luar dugaan, Nothing nggak pakai chipset Snapdragon seperti kakak-kakaknya. Mereka berkolaborasi dengan MediaTek untuk menghadirkan chipset custom bernama Dimensity 7200 Pro. Kata “Pro” di sini menandakan adanya optimalisasi khusus yang dilakukan Nothing bersama MediaTek, terutama fokus pada efisiensi daya dan integrasi hardware-software yang lebih baik.

Gimana hasilnya di dunia nyata? Mengejutkan! Dimensity 7200 Pro ini ternyata ngebut juga. Dibangun dengan fabrikasi 4nm generasi kedua dari TSMC, chipset ini punya performa yang sangat solid untuk penggunaan sehari-hari. Buka tutup aplikasi terasa gesit, multitasking dengan banyak aplikasi berjalan di latar belakang juga lancar jaya, terutama kalau kamu pilih varian RAM 12GB (ada juga opsi 8GB). Navigasi di antarmuka Nothing OS terasa sangat mulus tanpa lag yang mengganggu.

Buat main game gimana? Saya coba beberapa game populer. Untuk Mobile Legends atau PUBG Mobile, setting grafis tinggi dengan frame rate tinggi bisa dilibas dengan lancar. Untuk game yang lebih berat seperti Genshin Impact, dengan setting medium, gameplay masih terasa cukup nyaman, meskipun mungkin akan ada sedikit penurunan frame rate di area yang ramai atau saat pertarungan intens. Manajemen panasnya juga tergolong baik, ponsel cuma terasa hangat, nggak sampai overheat yang bikin nggak nyaman digenggam, berkat sistem pendingin yang katanya ditingkatkan.

Nothing Phone (2a) hadir dengan pilihan storage 128GB atau 256GB menggunakan teknologi UFS 3.1, yang tergolong cepat untuk transfer data dan loading aplikasi. Sayangnya, nggak ada slot microSD, jadi pilih kapasitas storage sesuai kebutuhanmu dari awal ya.

Kunci performa mulus ini juga ada di software-nya. Nothing OS 2.5 berbasis Android 14 hadir dengan tampilan yang unik, minimalis, dan bebas bloatware. Estetika monokromatik dengan font dot matrix khas Nothing bisa kamu aktifkan kalau suka. Widget-widgetnya juga punya desain senada. Yang penting, OS ini terasa ringan dan responsif. Nothing juga menjanjikan dukungan update yang lumayan panjang: 3 tahun update OS Android dan 4 tahun update keamanan. Ini jadi nilai plus untuk penggunaan jangka panjang.

Glyph Interface: Masih Berguna atau Sekadar Hiasan?

Ini dia fitur yang bikin Nothing beda dari yang lain: Glyph Interface. Di Phone (2a), seperti disebut sebelumnya, jumlah zona LED-nya disederhanakan jadi tiga segmen lampu di sekitar modul kamera. Fungsinya apa aja?

Secara default, Glyph bisa menyala untuk notifikasi dari aplikasi tertentu (bisa di-custom), menunjukkan progres pengisian daya, berfungsi sebagai timer visual (Glyph Timer), indikator volume, atau bahkan jadi fill light lembut saat memotret objek dekat dalam kondisi gelap.

Kamu juga bisa mengatur pola kedipan lampu yang berbeda untuk kontak atau aplikasi tertentu, jadi bisa tahu siapa yang menelepon atau notifikasi apa yang masuk tanpa perlu melihat layar. Ada juga fitur Essential Glyph, di mana kamu bisa set satu notifikasi dari aplikasi prioritas agar lampunya tetap menyala sampai kamu membukanya.

Apakah ini fitur esensial? Mungkin nggak buat semua orang. Tapi apakah ini gimmick semata? Saya rasa nggak juga. Dalam beberapa skenario, Glyph ini ternyata cukup berguna. Misalnya, saat ponsel diletakkan terbalik di meja waktu rapat, kita tetap bisa tahu ada notifikasi penting tanpa menyalakan layar. Glyph Timer juga asyik dipakai pas masak atau lagi fokus kerja. Dan ya, nggak bisa dipungkiri, ini bikin ponselmu kelihatan *keren* dan futuristik.

Dibanding Phone (1) dan (2), fungsionalitas Glyph di (2a) memang lebih terbatas karena zona LED-nya lebih sedikit. Tapi, inti dari pengalaman Glyph itu sendiri masih ada. Kalau kamu suka hal-hal unik dan eye-catching, Glyph Interface di Phone (2a) ini pasti jadi daya tarik tersendiri.

Kamera 50MP Ganda: Hasilnya Gimana?

Nothing Phone (2a) dibekali dua kamera belakang dan satu kamera depan. Konfigurasinya cukup menjanjikan di atas kertas: Raih Pengalaman Terbaik dengan Realme 2: Review Lengkap Review Realme C2: Smartphone Entry-Level dengan Spesifikasi Memadai untuk Kebutuhan Sehari-Hari

  • Kamera Utama: 50MP, sensor Samsung ISOCELL GN9 (1/1.56″), f/1.88, dilengkapi OIS (Optical Image Stabilization) dan EIS (Electronic Image Stabilization).
  • Kamera Ultrawide: 50MP, sensor Samsung ISOCELL JN1 (1/2.76″), f/2.2, sudut pandang 114 derajat.
  • Kamera Depan: 32MP, sensor Sony IMX615, f/2.45.

Bagaimana kualitas fotonya? Untuk kamera utama 50MP, hasilnya terbilang bagus, terutama di kondisi cahaya cukup. Foto tampak detail, tajam, dengan reproduksi warna yang cenderung natural, nggak terlalu lebay. Dynamic range-nya juga lumayan oke, bisa menangani perbedaan area terang dan gelap dalam satu frame dengan cukup baik berkat fitur HDR otomatisnya (disebut TrueLens Engine oleh Nothing).

Kehadiran OIS sangat membantu saat memotret di kondisi minim cahaya atau malam hari. Hasil fotonya masih cukup terang dengan noise yang terkontrol, meskipun detailnya tentu sedikit menurun dibanding foto siang hari. Jangan berharap hasil sekelas flagship, tapi untuk harganya, ini udah sangat bisa diandalkan.

Kamera ultrawide 50MP-nya juga mampu menghasilkan foto yang baik di siang hari. Sudut pandangnya luas, cocok buat foto pemandangan atau grup. Kualitasnya memang nggak setajam kamera utama, terutama di bagian tepi frame, tapi warnanya masih cukup konsisten. Di kondisi low light, performa ultrawide ini standar aja, noise mulai terlihat jelas.

Kamera depan 32MP menghasilkan selfie yang detail dengan warna kulit yang akurat di pencahayaan bagus. Mode portrait-nya juga lumayan rapi dalam memisahkan subjek dari latar belakang.

Untuk perekaman video, kamera belakang bisa merekam hingga resolusi 4K di 30fps atau 1080p di 60fps. Kamera depan maksimal di 1080p 60fps. Kualitas videonya cukup stabil berkat kombinasi OIS dan EIS, dengan detail dan warna yang baik di kondisi ideal. Cocoklah buat ngonten media sosial atau dokumentasi sehari-hari.

Secara keseluruhan, sektor kamera Nothing Phone (2a) ini kompeten di kelasnya. Nggak ada lensa gimmick seperti macro atau depth sensor nggak berguna. Fokus pada dua lensa berkualitas (utama dan ultrawide) adalah langkah yang tepat.

Baterai Awet, Tapi Charger Dijual Terpisah

Nothing Phone (2a) dibekali baterai berkapasitas 5000 mAh, paling besar di antara jajaran ponsel Nothing sejauh ini. Dikombinasikan dengan chipset Dimensity 7200 Pro yang efisien dan layar AMOLED adaptif, daya tahan baterainya ternyata impresif.

Dalam penggunaan normal hingga cukup intens (media sosial, chatting, browsing, sesekali nonton video dan main game ringan), ponsel ini bisa dengan mudah bertahan seharian penuh, bahkan seringkali masih sisa cukup banyak di malam hari. Screen-on time 6-7 jam atau bahkan lebih sangat mungkin dicapai, tergantung pola pemakaian.

Untuk pengisian daya, Phone (2a) mendukung fast charging 45W via kabel (USB PD 3.0). Nothing mengklaim bisa mengisi dari 0% hingga 50% dalam waktu sekitar 23 menit, dan penuh dalam waktu kurang dari satu jam. Ini tergolong cepat.

Tapi, ada satu hal penting yang perlu dicatat: sama seperti brand besar lainnya, Nothing **tidak menyertakan kepala charger** dalam kotak penjualan Phone (2a). Kamu hanya dapat kabel USB-C ke USB-C. Jadi, kalau belum punya adapter charger 45W (atau minimal yang mendukung USB PD), kamu perlu beli terpisah untuk menikmati kecepatan pengisian maksimalnya. Ini mungkin jadi pertimbangan biaya tambahan buat sebagian orang.

Selain itu, berbeda dengan Phone (1) dan (2), Nothing Phone (2a) **tidak mendukung wireless charging**. Mengingat posisinya sebagai varian yang lebih terjangkau, ini adalah pemotongan fitur yang bisa dimaklumi, meskipun mungkin sedikit disayangkan bagi yang sudah terbiasa dengan kenyamanan pengisian nirkabel.

Pengalaman Harian dan Fitur Lainnya

Menggunakan Nothing Phone (2a) sehari-hari terasa menyenangkan. Selain performa dan layar yang oke, ada beberapa hal lain yang patut disebut.

  • Audio: Ponsel ini punya speaker stereo (satu di bawah, satu lagi menyatu dengan earpiece). Kualitas suaranya lumayan lantang dan jernih, cukup enak buat nonton atau dengerin musik santai. Tentu, jangan harap bass yang super nendang. Seperti kebanyakan ponsel modern, nggak ada headphone jack 3.5mm.
  • Haptics: Getaran atau feedback haptic saat mengetik atau ada notifikasi terasa cukup presisi dan nggak murahan. Ini detail kecil tapi ngaruh ke pengalaman pakai.
  • Konektivitas: Dukungan 5G, Wi-Fi 6, Bluetooth 5.3, dan NFC lengkap tersedia. Nggak ada masalah soal koneksi selama penggunaan.
  • Nothing OS: Seperti disebut sebelumnya, OS ini jadi salah satu daya tarik utama. Bersih, mulus, unik, dan dijanjikan update jangka panjang. Pengalaman software-nya terasa beda dan menyegarkan.

Selama pengujian, saya nggak menemukan bug software yang parah atau mengganggu aktivitas. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Ponsel ini terasa solid dan bisa diandalkan untuk kebutuhan komunikasi dan hiburan harian.

Kelebihan dan Kekurangan Nothing Phone (2a)

Setelah mencoba cukup lama, berikut rangkuman kelebihan dan kekurangan yang saya rasakan:

Kelebihan:

  • Desain unik dan ikonik dengan elemen transparan, tampil beda dari yang lain.
  • Layar AMOLED 6.7 inci yang cerah, mulus (120Hz), dan punya bezel simetris tipis.
  • Performa kencang dan efisien berkat MediaTek Dimensity 7200 Pro.
  • Nothing OS yang bersih, ringan, bebas bloatware, dengan jaminan update panjang.
  • Glyph Interface, meskipun disederhanakan, tetap jadi fitur unik yang fungsional.
  • Kamera utama 50MP (dengan OIS) menghasilkan foto bagus di berbagai kondisi.
  • Baterai 5000 mAh yang sangat awet.
  • Harga yang lebih terjangkau dibanding Phone (1) dan (2).

Kekurangan:

  • Charger 45W tidak termasuk dalam paket penjualan.
  • Material bodi polikarbonat (plastik), mungkin terasa kurang premium bagi sebagian orang.
  • Tidak ada dukungan wireless charging.
  • Performa kamera ultrawide dan kamera utama di kondisi low light masih bisa ditingkatkan.
  • Tidak ada lensa telephoto (wajar di kelas harganya).
  • Tidak ada slot memori eksternal.
  • Glyph Interface lebih simpel dibanding pendahulunya.

Kesimpulan: Tampil Beda Tanpa Bikin Kantong Jebol

Jadi, apakah Nothing Phone (2a) ini layak dibeli? Jawaban singkatnya: **iya, banget**, terutama kalau kamu termasuk orang yang:

  1. Bosan dengan desain smartphone yang monoton dan pengen tampil beda.
  2. Mencari pengalaman Android yang bersih, mulus, dan unik tanpa banyak gangguan (bloatware).
  3. Butuh performa harian yang gesit dan baterai super awet.
  4. Menginginkan layar berkualitas tinggi untuk konsumsi media.
  5. Tertarik dengan ekosistem Nothing tapi budget terbatas.

Nothing Phone (2a) berhasil membawa DNA unik Nothing ke segmen harga yang lebih mudah dijangkau tanpa terlalu banyak mengorbankan esensi utamanya. Ya, ada beberapa pemotongan fitur seperti material bodi, wireless charging, dan Glyph yang lebih simpel, tapi itu semua adalah kompromi yang sangat bisa diterima demi mendapatkan harga yang lebih menarik.

Performa Dimensity 7200 Pro-nya ngebut, layarnya memanjakan mata, baterainya juara, dan Nothing OS jadi nilai plus yang signifikan. Kameranya pun tergolong solid di kelasnya. Keunikan desain dan Glyph Interface jadi bonus yang bikin ponsel ini punya nilai lebih dibanding kompetitor.

Kalau kamu nggak terlalu mempermasalahkan ketiadaan charger dalam boks, bodi plastik, atau absennya wireless charging, Nothing Phone (2a) ini adalah pilihan yang sangat menarik. Dia berhasil menyeimbangkan antara gaya, performa, fitur, dan harga dengan sangat baik. Sebuah cara yang keren untuk masuk ke dunia Nothing dan tampil beda di keramaian.

Share this content: