Oke, jadi akhirnya saya punya kesempatan buat ngulik lebih dalam salah satu gadget yang paling bikin penasaran di pasaran saat ini. Jujur, saya termasuk yang agak skeptis sama ponsel lipat di awal kemunculannya. Mikirnya, “Ah, paling cuma gimmick.” Tapi setelah pegang dan pakai si Galaxy Z Flip 5 ini beberapa waktu, pandangan saya agak bergeser, bahkan ada beberapa hal yang mungkin belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Kesan Pertama: Lipat, Sakuin, Lupakan?
Pertama kali buka kotaknya, impresinya langsung beda. Bentuknya yang ringkas pas dilipat itu lho. Gampang banget disakuin. Bahkan di saku celana jeans yang agak ketat pun dia nggak kerasa terlalu bulky. Ini kontras banget sama ponsel “batangan” biasa yang ukurannya makin ke sini makin gede. Pas digenggam dilipat, rasanya solid, build quality-nya premium. Engselnya terasa kokoh, nggak ringkih. Ini penting banget, karena engsel ini kan jantungnya ponsel lipat.
Desainnya sendiri minimalis tapi elegan. Pilihan warnanya juga menarik. Yang paling mencuri perhatian tentu aja layar luarnya yang sekarang jauh lebih besar, menutupi hampir seluruh bagian depan saat dilipat. Ini bukan cuma soal estetika, tapi beneran ngubah cara pakai ponsel ini.
Layar Luar yang Mengubah Segalanya
Nah, ini dia poin yang paling saya suka dan mungkin jadi pembeda utama Z Flip 5 dari generasi sebelumnya, bahkan dari ponsel non-lipat lainnya. Layar luarnya, atau yang mereka sebut Flex Window, ukurannya signifikan lebih besar. Awalnya mikir, paling cuma buat cek notifikasi doang. Tapi ternyata, kemampuannya lebih dari itu, bahkan ada aspek yang tadinya saya nggak kepikiran sama sekali.
Dengan layar luar yang lebar ini, saya jadi makin jarang buka lipatan ponsel buat tugas-tugas ringan. Mau balas chat WhatsApp singkat? Bisa langsung dari layar luar. Cek jadwal? Tinggal geser widget kalender. Ngatur musik? Widget Spotify atau media player lainnya ada di situ. Nggak perlu lagi repot-repot buka kunci, buka lipatan, baru deh buka aplikasi.
Yang paling “wow” buat saya adalah ketika saya coba install aplikasi full di layar luar ini. Iya, secara default Samsung cuma nyediain beberapa widget dan aplikasi tertentu. Tapi pakai fitur Labs di pengaturan atau bahkan aplikasi pihak ketiga (Good Lock), kamu bisa “memaksa” aplikasi lain buat jalan di layar luar. Coba bayangin, saya pernah iseng buka Google Maps, TikTok, atau bahkan YouTube di layar sekecil itu. Meskipun pengalaman penggunaannya nggak seideal di layar utama, tapi fakta bahwa itu MUNGKIN dilakukan itu aja udah keren banget. Ini beneran mengubah layar luar dari sekadar jendela info jadi mini-smartphone. Bisa balas email, browsing ringan, bahkan belanja online (meskipun agak nyeleneh sih) tanpa perlu buka ponsel. Ngetes Microsoft Surface Laptop Go 3 Laptop Ringan Nggak Bikin Ribet Kamu
Ambil foto selfie pakai kamera utama dengan preview di layar luar ini juga jadi lebih sering saya lakukan. Kualitas kamera utama kan jelas lebih bagus dari kamera depan. Jadi, fitur ini kepake banget buat hasil selfie yang maksimal. Nyobain Panasonic Lumix S5II Buat Kerja Rasanya Gimana Menurut Kamu
Penggunaan layar luar ini beneran bikin saya jadi lebih efisien dan terkadang juga lebih “mindful” dalam pakai ponsel. Kalau cuma perlu cek notif atau balas chat singkat, nggak perlu terpancing buat buka aplikasi lain dan scroll nggak jelas di layar utama. Cukup selesaikan tugas di layar luar, lipat, beres.
Layar Utama: Lipatan Itu Gimana Sih?
Oke, sekarang ngomongin layar utama yang bisa dilipat. Saat dibuka, ukurannya standar ponsel modern kebanyakan. AMOLED-nya Samsung sih nggak usah diragukan lagi kualitasnya. Warna vibrant, terang, enak buat nonton atau main game.
Yang sering jadi pertanyaan adalah lipatannya, atau crease. Jujur aja, lipatannya itu ADA dan TERLIHAT. Apalagi kalau layarnya mati atau dilihat dari sudut tertentu. Saat layar nyala dan kamu lagi fokus sama konten, biasanya sih nggak terlalu mengganggu, terutama kalau kamu lihat lurus dari depan. Tapi begitu kamu geser jari melewati lipatan itu, sensasi “bergelombang” atau “lekukan” di tengah layar itu pasti terasa. Apakah ini deal-breaker? Buat saya sih nggak. Ini semacam trade-off yang harus diterima kalau mau pakai ponsel lipat. Lama-lama juga terbiasa kok. Ibaratnya pakai kacamata, awalnya kerasa ada bingkai, tapi lama-lama pandangan fokus ke objek, bingkainya jadi nggak begitu diperhatikan.
Flex Mode, fitur di mana layar bisa ditekuk di berbagai sudut, juga cukup berguna. Paling sering saya pakai buat nonton YouTube atau video lainnya, ponselnya bisa ditaruh di meja tanpa perlu stand. Atau buat video call, jadi tangan bisa bebas. Di beberapa aplikasi Samsung kayak Kamera atau Gallery, Flex Mode ini juga bikin antarmuka aplikasinya menyesuaikan, jadi ada tombol kontrol di bagian bawah dan tampilan di bagian atas. Cukup inovatif.
Performa: Jagoan dari Pabrik Chip
Soal performa, Galaxy Z Flip 5 ini dibekali prosesor terbaru yang memang kencang di kelasnya. Nggak usah khawatir soal buka banyak aplikasi barengan, multitasking dengan fitur split screen, atau main game berat. Semuanya dilibas dengan mulus. Frame rate stabil, loading cepat, minim lag. Ini berkat optimasi hardware dan software yang bagus.
RAM-nya juga udah cukup besar buat menangani semua kebutuhan sehari-hari, bahkan yang berat sekalipun. Memori internalnya juga variatif, bisa disesuaikan kebutuhan. Jadi, kalau kamu tipikal pengguna yang butuh performa ngebut buat segala macem, Flip 5 ini udah lebih dari cukup.
Panas? Ya wajar ponsel kencang kalau dipakai kerja berat pasti ada hangatnya. Tapi sejauh pemakaian saya, nggak pernah sampai bikin nggak nyaman atau performanya turun drastis. Manajemen panasnya cukup oke.
Kamera: Bukan yang Terbaik, Tapi Fleksibel
Bagaimana dengan kamera? Samsung Galaxy Z Flip 5 ini punya konfigurasi kamera yang solid, tapi mungkin bukan yang paling canggih kalau dibandingkan dengan lini “Ultra” mereka atau flagship dari merek lain di rentang harga yang sama. Ada kamera utama dan ultrawide di bagian belakang.
Hasil fotonya bagus kok. Detail tajam, warna khas Samsung yang agak vibrant (kalau suka ya ini nilai plus), dan performa low light-nya juga lumayan berkat fitur Night Mode. Kamera ultrawide-nya juga oke buat motret pemandangan atau foto grup.
Tapi yang bikin kamera di Flip 5 ini unik adalah bagaimana form factornya ngasih fleksibilitas tambahan. Tadi udah disebut soal selfie pakai kamera belakang dibantu layar luar. Selain itu, Flex Mode bikin motret atau rekam video jadi lebih gampang dari sudut-sudut rendah atau tinggi tanpa harus jongkok atau jinjit. Tinggal tekuk layarnya, taruh, atur angle, jepret atau rekam. Ini berguna banget buat bikin konten atau sekadar motret di kondisi yang tricky.
Kamera depannya sendiri juga ada, tapi kualitasnya ya standar kamera selfie pada umumnya. Karena udah bisa selfie pakai kamera utama yang lebih bagus via layar luar, kamera depan ini jadi jarang saya pakai buat selfie. Paling buat video call aja.
Fitur video recording-nya juga lengkap, bisa rekam sampai resolusi tinggi. Stabilisasi videonya juga bekerja dengan baik.
Baterai: Cukup untuk Sehari?
Nah, ini salah satu area yang mungkin sering jadi pertanyaan buat ponsel lipat yang bodinya ramping. Kapasitas baterai Z Flip 5 ini nggak sebesar ponsel “batangan” di kelasnya. Dalam penggunaan sehari-hari saya yang cukup aktif (cek email, balas chat, scroll medsos, streaming musik, sedikit nonton video, dan sesekali main game ringan), baterainya biasanya bertahan sampai sore atau menjelang malam. Artinya, buat sebagian orang, mungkin perlu nge-charge lagi sebelum tidur atau di sore hari kalau aktivitasnya padat banget.
Ini bukan ponsel yang bisa kamu pakai brutal dari pagi sampai malam tanpa mikirin charger sama sekali. Penggunaan layar luar yang lebih sering *sedikit* membantu menghemat baterai karena layar yang dinyalakan lebih kecil dan resolusinya juga lebih rendah. Tapi intinya, manajemen penggunaan daya di ponsel ini lumayan penting.
Kecepatan charging-nya juga nggak yang paling ngebut di pasaran, tapi ya lumayanlah buat ngisi daya dalam waktu yang nggak terlalu lama. Nggak ada charger di dalam kotak ya, jadi siapin charger sendiri atau beli terpisah.
Software dan Pengalaman Pengguna Sehari-hari
Samsung One UI di Z Flip 5 ini udah matang dan banyak fitur. Khusus buat ponsel lipat, ada beberapa adaptasi, terutama soal Flex Mode tadi dan optimalisasi layar luar. Pengalaman navigasinya lancar, opsi kustomisasi banyak, dan ekosistem Samsung juga terintegrasi dengan baik kalau kamu pakai perangkat Samsung lain.
Pengalaman pakai ponsel lipat di hari-hari biasa itu memang unik. Ada sensasi “nutup telepon” ala zaman dulu yang memuaskan. Bikin ponsel jadi lebih kompak di saku. Terkadang bikin orang di sekitar juga penasaran. Ada aspek fungsionalnya (layar luar, Flex Mode), tapi nggak bisa dipungkiri ada juga aspek gaya hidup atau “cool factor”-nya.
Ada hal-hal kecil yang mungkin belum kepikiran kalau belum pakai langsung. Misalnya, debu. Karena ada celah di engselnya, potensi debu masuk itu ada, meskipun Samsung udah klaim ada perlindungan khusus. Tapi ya tetap perlu hati-hati aja. Lalu soal durabilitas layar lipatnya. Meskipun Samsung bilang udah lebih kuat, tetap aja layarnya terbuat dari material yang lebih “lunak” dibanding kaca biasa. Jadi, kuku atau benda tajam kecil bisa meninggalkan bekas. Perlu ekstra hati-hati saat membersihkan layarnya. Review Realme Narzo 50 Pro: Performa Mumpuni dengan Harga Terjangkau di Bawah 5 Juta Rupiah
Satu lagi, pakai case itu agak wajib hukumnya kalau mau aman. Case buat ponsel lipat biasanya terbagi dua bagian (atas dan bawah), dan desainnya juga macem-macem. Cari yang pas dan nggak terlalu ganggu saat dilipat atau dibuka.
Secara keseluruhan, pengalaman pakai Z Flip 5 ini lebih banyak positifnya. Inovasi layar luarnya beneran ngasih nilai tambah fungsional yang signifikan. Bikin ponsel ini nggak cuma unik, tapi juga lebih praktis buat tugas-tugas ringan sehari-hari.
Plus Minus Menurut Saya
Kelebihan:
- Desain super kompak saat dilipat, gampang disakuin.
- Layar luar (Flex Window) jauh lebih fungsional dan bisa dipakai buat banyak hal tanpa perlu buka ponsel. Ini beneran game changer.
- Build quality terasa premium, engsel kokoh.
- Performa ngebut berkat chipset terbaru.
- Layar utama AMOLED-nya bagus, meskipun ada lipatan.
- Fleksibilitas kamera berkat form factor lipat (Flex Mode, selfie pakai kamera utama).
- Ada “cool factor” dan sensasi pakai yang unik.
Kekurangan:
- Lipatan di layar utama masih terlihat dan terasa.
- Kapasitas baterai kurang besar untuk penggunaan super intensif seharian.
- Kualitas kamera belakang solid, tapi bukan yang terbaik di kelas harga flagship.
- Rentang harga premium.
- Potensi isu durabilitas layar lipat dan debu (meskipun sudah improved).
- Nggak dapat charger di kotak.
Kesimpulan: Siapa yang Cocok Pakai Ini?
Jadi, Galaxy Z Flip 5 ini buat siapa? Buat kamu yang pengen ponsel canggih dengan performa ngebut, tapi juga pengen sesuatu yang beda, yang lebih personal, yang kompak, dan punya nilai fungsional tambahan berkat form factornya. Layar luarnya yang gede itu beneran ngubah cara saya pakai ponsel. Rasanya kayak punya dua mode penggunaan: mode ringkas buat tugas cepat di layar luar, dan mode full screen buat konsumsi konten atau kerja berat di layar utama.
Ini bukan sekadar ponsel lipat pamer gaya aja lagi, fungsionalitasnya udah lumayan matang. Tentu ada beberapa kompromi dibanding ponsel “batangan” konvensional, terutama soal baterai dan lipatan layar. Tapi kalau kamu siap dengan kompromi itu demi mendapatkan pengalaman pakai yang unik, praktis (dalam konteks kekompakan dan layar luar), dan bikin penasaran, Galaxy Z Flip 5 ini patut banget dipertimbangkan.
Pengalaman pakai ponsel lipat ini emang beda dari yang biasa, dan buat saya, Z Flip 5 berhasil menunjukkan kalau form factor ini punya masa depan dan bisa memberikan nilai lebih, bukan cuma sekadar gimmick sesaat. Mungkin pengalaman pakai ponsel lipat yang fungsional dan kompak seperti ini memang belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Share this content: