Oke, kita ngobrol santai soal sebuah kamera yang mungkin bikin sebagian orang mikir, “Hah, kok kecil gitu?” Tapi jangan salah, di balik ukurannya yang super ringkas, ada kekuatan yang luar biasa buat kamu yang suka hunting momen di sekitar. Yap, kita lagi ngomongin si mungil tapi jago, Ricoh GR IIIx.
Pertama kali pegang Ricoh GR IIIx ini, kesan yang muncul itu simpel banget: pas di tangan. Ukurannya itu lho, bener-bener pas buat masuk saku celana atau jaket. Bukan saku yang gombrong banget ya, tapi saku standar aja cukup. Ini yang bikin dia beda. Di era kamera digital yang makin canggih tapi juga makin bongsor, GR IIIx ini kayak ngajak kita kembali ke esensi motret: ringan, nggak ribet, dan selalu siap sedia. Bodinya terasa solid, finishing-nya matte hitam gitu, bikin dia kelihatan kalem dan nggak mencolok. Pas banget buat kamu yang nggak mau jadi pusat perhatian waktu lagi motret di keramaian. Udah Pake OnePlus 11 Seminggu Rasanya Kayak Gini Pas Buat Kamu?
Desainnya memang minimalis banget. Tombol-tombolnya ditaruh di tempat yang ergonomis, gampang dijangkau jempol waktu dipegang pakai satu tangan. Layarnya juga lumayan cerah dan responsif buat navigasi atau sekadar ngecek hasil foto. Nggak ada viewfinder optik atau elektronik di sini, jadi komposisi semuanya ngandelin layar belakang. Buat sebagian orang mungkin ini kekurangan, tapi buat saya pribadi, ini malah bikin dia makin simpel dan fokus. Memotret pakai kamera ini itu rasanya kayak motret pakai ‘mata’ kamu sendiri, tanpa sekat.
Sekarang ngomongin dalemannya. Meskipun bodinya kecil, Ricoh nggak main-main soal kualitas gambar. Mereka tanam sensor APS-C 24.2MP di sini. Sensor sebesar ini di bodi sekecil GR IIIx itu sesuatu yang keren banget. Artinya apa? Artinya kita bisa dapat kualitas gambar yang setara sama kamera-kamera mirrorless atau DSLR yang jauh lebih gede. Detailnya tajam, noise-nya minim di ISO tinggi (tentunya dalam batas wajar ya), dan dynamic range-nya lumayan luas buat ngehandle kondisi cahaya yang tricky. Kamu bisa motret di tempat terang benderang sampai di kondisi agak gelap tanpa terlalu khawatir sama hasilnya.
Nah, yang paling bikin GR IIIx ini spesial dan beda dari saudaranya si GR III (yang pakai lensa 28mm), adalah lensa yang dipakainya. GR IIIx ini dibekali lensa 26.1mm f/2.8, yang kalau dikonversi ke format full-frame itu setara dengan 40mm. Angka 40mm ini menarik. Dia nggak selebar 28mm yang identik sama street photography tradisional, tapi juga nggak setelefoto 50mm yang kadang terasa sempit buat motret di jalanan. 40mm itu rasanya pas banget, kayak ‘normal’nya mata manusia. Dia ngasih sudut pandang yang lebih intim dibanding 28mm, tapi masih cukup lebar buat nangkap konteks sekitar. Buat saya, lensa 40mm di GR IIIx ini ngajak kita buat lebih ‘dekat’ sama subjek, lebih personal. Cocok banget buat motret orang, detail arsitektur, atau sekadar suasana kafe.
Soal performa, Ricoh GR IIIx lumayan ngebut. Startup-nya cepat, jadi kalau ada momen dadakan di depan mata, kamu nggak perlu nunggu lama buat kameranya nyala. Autofokusnya juga responsif, meskipun di kondisi cahaya yang sangat minim kadang ada sedikit ‘hunting’. Tapi secara umum, buat motret di jalan atau situasi sehari-hari, autofokusnya reliable kok. Yang paling juara dari seri GR ini adalah fitur yang namanya **Snap Focus**. Ini fitur legendaris yang bikin GR disukai para street photographer. Dengan Snap Focus, kamu bisa setting kamera buat langsung fokus di jarak tertentu (misal 1 meter, 2 meter, 2.5 meter, 5 meter, atau tak terhingga) begitu kamu tekan tombol shutter sampai setengah atau bahkan langsung penuh. Ini bikin kamu bisa motret super cepat, pre-focusing, tanpa harus nunggu autofokus ngunci. Buat nangkap momen yang sepersekian detik, Snap Focus ini penyelamat banget.
Fitur lain yang nggak kalah penting adalah Image Control atau biasa disebut Picture Profile di brand lain. Ricoh punya banyak preset menarik di sini, mulai dari Standard, Vivid, Monochrome, sampai Negative Film atau Positive Film yang ngasih nuansa vintage khas analog. Kamu bisa utak-atik preset ini, atur kontras, saturasi, ketajaman, sampai hue. Ini bikin kamu bisa langsung dapat ‘feel’ foto yang kamu mau tanpa perlu ngedit terlalu banyak di software. Buat yang suka motret hitam putih, mode Monochrome di GR ini terkenal keren, punya tone yang khas dan dramatis.
Selain itu, ada juga fitur built-in ND filter yang lumayan berguna waktu kamu motret di siang bolong dengan bukaan lensa lebar (f/2.8) tapi nggak mau overexpose. Tinggal aktifin ND filter, cahaya yang masuk ke sensor bakal berkurang, jadi kamu tetap bisa pakai aperture besar buat dapat bokeh atau depth of field yang dangkal.
Penggunaan sehari-hari Ricoh GR IIIx ini benar-benar menyenangkan, terutama kalau kamu tipe orang yang suka wandering, jalan-jalan santai, dan tiba-tiba nemu sesuatu yang menarik buat diabadikan. Ukurannya yang kecil bikin dia nggak makan tempat di tas, atau bahkan nggak butuh tas sama sekali kalau cuma dikantongin. Ini ngubah cara kamu berinteraksi sama lingkungan sekitar. Kamu jadi lebih mindful sama momen-momen kecil yang sering terlewatkan. Ketemu kucing lagi tidur lucu di pinggir jalan, lihat interaksi orang di pasar, atau sekadar tekstur dinding yang menarik, semua bisa langsung kamu abadikan dengan cepat dan nggak canggung karena kameranya nggak intimidatif.
Kualitas hasil fotonya gimana? Seperti yang udah disebutin, dengan sensor APS-C 24MP dan lensa 40mm f/2.8, hasilnya tajam banget di bagian tengah. Mungkin ada sedikit softness di pinggir-pinggir frame waktu bukaan paling lebar (f/2.8), tapi itu wajar dan nggak ganggu buat kebanyakan situasi motret. Bokeh yang dihasilkan lensa 40mm f/2.8 juga lumayan creamy, pas buat misahin subjek dari background tanpa terlalu nge-blur kayak lensa-lensa tele. Warnanya? Ricoh punya engine warna yang khas, banyak yang suka sama tone-nya yang natural tapi tetap punchy kalau pakai preset Vivid. Detailnya juga dapet banget, kamu bisa crop foto lumayan banyak kalaupun nggak bisa mendekat ke subjek. Sehari-hari bareng OPPO Reno11 F cocok nggak buat kamu?
Ngomongin kelebihan Ricoh GR IIIx, yang paling utama jelas portabilitasnya yang tiada duanya di kelas kamera dengan sensor APS-C. Kualitas gambar premium dalam bodi saku. Lensa 40mm-nya ngasih perspektif yang fresh buat yang udah biasa pakai 28mm atau 50mm. Snap Focus-nya bikin motret cepat jadi gampang banget. Customisasi tombol dan menu-nya juga detail, kamu bisa atur kamera ini sesuai banget sama workflow kamu. Build quality-nya solid, terasa premium di tangan.
Tapi, ada juga beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan. Pertama, baterai. Baterai Ricoh GR IIIx ini jujur aja nggak awet-awet banget. Kalau kamu motret seharian, pasti butuh bawa baterai cadangan minimal satu, bahkan mungkin dua. Untungnya dia bisa di-charge pakai power bank via USB-C, jadi itu sedikit ngebantu. Kedua, nggak ada viewfinder. Buat sebagian orang yang terbiasa motret pakai mata di balik jendela bidik, ini bisa jadi dealbreaker. Motret ngandelin layar di luar ruangan pas matahari terik kadang bikin agak susah lihat komposisi. Ketiga, lensa fix. Ya, ini bukan kamera yang bisa gonta-ganti lensa. Kamu ‘terkunci’ di 40mm. Kalau kamu butuh zoom atau sudut pandang yang beda banget, ya ini bukan kameranya.
Terakhir, harganya. Ricoh GR IIIx ini bukan kamera yang murah. Harganya lumayan premium buat sebuah kamera compact. Tapi, kamu bayar buat kombinasi unik antara ukuran, kualitas gambar, dan fitur-fitur spesifik yang ditawarkan, terutama Snap Focus dan portabilitasnya.
Jadi, buat siapa Ricoh GR IIIx ini? Menurut saya, kamera ini pas banget buat kamu yang: suka motret di jalanan tapi nggak mau ribet atau kelihatan mencolok, pengen kualitas gambar setara kamera besar tapi dalam bodi saku, suka eksplorasi komposisi dengan sudut pandang 40mm, dan menghargai filosofi motret yang simpel dan spontan. Dia juga cocok buat teman jalan-jalan yang ringan dibawa kemana-mana.
Genggam Ricoh GR IIIx di tangan kamu itu rasanya beda. Dia nggak teriak-teriak minta perhatian, tapi diam-diam menyimpan potensi besar buat nangkap cerita visual. Dia kayak partner setia yang selalu siap sedia di saku atau di tangan, nunggu kamu nemuin momen-momen unik di sekitar. Dengan ukurannya yang nggak lebih besar dari dompet (oke, mungkin sedikit lebih tebal), kamu bisa bawa kamera ini ke mana pun tanpa merasa terbebani. Dari sekadar nongkrong di kafe, jalan-jalan sore di taman, sampai masuk ke gang-gang kecil yang penuh kejutan, GR IIIx ini siap menemani.
Filosofi desain dan penggunaan Ricoh GR memang selalu tentang spontanitas dan unobtrusiveness. Kamu bisa motret candid tanpa bikin orang sadar atau merasa nggak nyaman. Ini penting banget dalam street photography, di mana momen terbaik seringkali muncul dan menghilang dalam sekejap. Dengan GR IIIx, kamu nggak perlu mikir panjang, cukup angkat, fokus (atau pakai Snap Focus), dan jepret. Momennya tertangkap. Realme 9: Smartphone dengan Kamera 108 MP dan Layar Super AMOLED 90Hz
Sudut pandang 40mm yang ditawarkan GR IIIx ini juga ngasih tantangan kreatif tersendiri. Dia mendorong kamu buat berpikir sedikit beda dibanding 28mm yang ‘ambil semua’ atau 50mm yang ‘isolasi subjek’. 40mm ini ada di tengah-tengah, dia ngajak kamu buat lebih selektif dalam framing, tapi tetap bisa ngasih konteks lingkungan di sekitar subjek. Ini ngebantu banget buat ngembangin ‘mata’ fotografi kamu, bikin kamu lebih peka sama detail dan hubungan antar elemen dalam frame.
Mode-mode simulasi film atau Image Control-nya juga patut dicoba. Mereka bukan sekadar filter Instagram biasa. Ricoh merancang preset-preset ini dengan serius, ngasih karakter warna dan tone yang unik. Misalnya mode Positive Film ngasih warna yang kaya dan kontras tinggi, sementara Negative Film ngasih look yang lebih soft dan vintage. Buat yang suka motret hitam putih, pilihan Monotone, Soft Monotone, Hard Monotone, atau Hi-Contrast B&W ngasih banyak ruang buat eksplorasi. Kamu bisa langsung dapat hasil JPEG dengan karakter kuat tanpa harus buka software editing sama sekali, ini menghemat waktu banget kalau kamu pengen langsung share atau publikasi foto kamu.
Soal baterai yang tadi disebut lumayan boros, ini memang salah satu trade-off dari ukuran yang kecil. Bodi kecil berarti ruang baterai juga kecil. Jadi, kalau kamu berencana motret intensif seharian, invest di baterai cadangan itu wajib hukumnya. Tapi, kemampuan charge via USB-C lumayan ngebantu kalau kamu lagi di tempat yang ada colokan atau bawa power bank. Bisa sambil istirahat sebentar sambil charge kameranya.
Kesimpulannya, Ricoh GR IIIx bukan kamera buat semua orang. Dia punya niche-nya sendiri. Kalau kamu cari kamera serbaguna yang bisa buat motret apa aja, gonta-ganti lensa, atau punya zoom optical panjang, ini bukan jawabannya. Tapi, kalau kamu adalah seorang story teller visual yang suka motret kehidupan di sekitar, menghargai kualitas gambar tinggi, dan butuh alat yang nggak mencolok, super portabel, dan siap sedia kapan aja buat nangkap momen spontan, Ricoh GR IIIx ini adalah salah satu pilihan terbaik yang ada di pasar saat ini. Dia bakal jadi perpanjangan tangan kamu buat mendokumentasikan dunia dari sudut pandang yang unik.
Diajak ngopi santai, diajak naik KRL yang padat, diajak jalan sore di kota tua, atau sekadar nangkep ekspresi unik teman waktu lagi ngobrol, GR IIIx ini selalu siap. Ukurannya yang kecil bikin dia nggak terasa seperti ‘peralatan kerja’, tapi lebih kayak teman seperjalanan. Ini yang bikin pengalaman motret pakai GR IIIx jadi beda dan lebih personal. Jadi, kalau kamu siap ‘melihat’ dunia dengan perspektif 40mm yang intim dan menghargai kesederhanaan dalam memotret, Ricoh GR IIIx patut banget kamu pertimbangkan buat jadi senjata rahasiamu dalam berburu momen terbaik.
Share this content: