Oke, jadi seminggu terakhir ini aku ditemenin sama Google Pixel Watch terbaru. Pas pertama kali lihat gambarnya atau videonya, udah penasaran banget sih sama wujud aslinya. Bentuknya yang bulet kayak batu kali yang licin, kacanya melengkung gitu, kelihatan beda dari smartwatch kebanyakan yang kotaknya udah pasaran atau bulet tapi flat aja mukanya.
Pas box-nya mendarat dan kubuka, impresi pertama langsung: “Wah, cakep bener.” Materialnya terasa premium, stainless steel gitu. Versi yang aku coba ini warna Polished Silver dengan strap abu-abu muda. Strap-nya sendiri dari bahan fluoroelastomer yang terasa lentur dan lembut di kulit. Mekanisme pasang strap-nya juga unik, diputar gitu. Awalnya agak canggung, tapi setelah beberapa kali coba jadi lumayan cepat. Nyaman dipakai? Lumayan. Dia nggak segede kelihatannya, bobotnya pas, nggak terlalu berat tapi juga nggak kerasa murahan saking ringannya. Cuma satu hal yang langsung kelihatan menonjol (literally): bezel-nya itu loh, tebel banget. Layar aktifnya jadi terasa kecil di dalam bingkai hitam yang lebar itu. Ini bikin sayang sih, desain luarnya udah keren, tapi pas layar nyala… ya gitu deh.
Setup awal pakai Wear OS 3.5 lumayan mulus. Tinggal scan QR code, ikutin instruksi di HP, langsung nyambung. Antarmukanya Wear OS di Pixel Watch ini terasa sangat “Google”. Bersih, minimalis, icon-nya bulat-bulat, dan navigasinya pakai gesture swipe-swipe atau putar digital crown di samping. Digital crown-nya ini enak diputar, ada haptic feedback tipis yang bikin kerasa responsif. Tombol fisiknya satu lagi ada di atas crown, posisinya agak tersembunyi dan fungsinya basic, mostly buat buka recent apps.
Sekarang masuk ke pengalaman seminggu pakai, ini dia yang seru, bagian “betah” atau “sebel”-nya.
Yang Bikin Betah:
- Desain dan Kenyamanan: Ini nomor satu. Walaupun bezel tebel, jujur aja, pas dipakai di tangan tuh kelihatan bagus. Kayak aksesori aja gitu. Bentuknya yang bulet dan melengkung bikin dia nggak kelihatan kaku. Dipakai tidur juga nggak terlalu ganggu, meskipun agak tebal ya. Strap bawaannya juga nyaman dipakai seharian penuh, bahkan pas lagi keringetan. Desainnya tuh somehow bikin orang penasaran, “Itu jam apa?”.
- Integrasi Google Ecosystem: Ini kekuatan utamanya sih. Pakai Google Assistant di tangan itu kerasa natural banget. Mau set timer, nanya cuaca, nyalain lampu (kalau pakai smart home), tinggal ngomong “Hey Google”. Google Maps di pergelangan tangan juga sangat berguna, apalagi pas lagi jalan kaki atau naik motor (tetep hati-hati ya!). Notifikasi dari Gmail, Calendar, WhatsApp, semuanya masuk lancar jaya dan formatnya rapi, bisa langsung balas pakai quick reply atau voice input. Google Wallet buat bayar-bayar contactless juga working well. Buat yang udah nyemplung di ekosistem Google, ini nambah kenyamanan banget.
- Fitbit Integration: Google kan udah akuisisi Fitbit, nah ini terasa banget benefitnya di Pixel Watch. Pelacakan aktivitas fisiknya detail. Mulai dari langkah, kalori terbakar, Active Zone Minutes, sampai pelacakan tidur yang komprehensif (sleep stages, sleep score). Data-datanya sinkron otomatis ke aplikasi Fitbit di HP, yang antarmukanya juga gampang dibaca dan ngasih insight yang lumayan bagus soal kesehatan kita. Buat yang serius ngelacak kesehatan, Fitbit di sini lumayan bisa diandalin. Sensor detak jantungnya juga terasa akurat.
- Wear OS Experience: Dibanding Wear OS versi lama atau OS lain di smartwatch non-Apple, Wear OS di Pixel Watch ini terasa paling polished dan smooth. Transisinya mulus, buka aplikasi relatif cepat (untuk ukuran smartwatch ya). Antarmukanya intuitif, nggak perlu banyak mikir nyari fitur ini itu. Layar AMOLED-nya juga cakep, terang, warnanya pop out, dan resolusinya tajem.
- Digital Crown: Oke, ini mungkin fitur kecil tapi ngaruh banget. Memutar crown buat scrolling list notifikasi atau menu itu kerasa pas banget di tangan. Lebih presisi dan nyaman dibanding cuma geser-geser layar sentuh aja. Haptic feedback-nya nambah sensasi “klik” yang bikin kerasa premium.
Yang Bikin Sebel:
- Baterai: Nah, ini dia biang keroknya. Seminggu pakai, baterainya tuh *nggak* bisa dibilang awet. Dengan pemakaian standar (notifikasi nyala, sesekali cek waktu, ngelacak tidur, satu sesi olahraga singkat per hari), paling pol cuma bisa bertahan sekitar 24 jam. Itu pun udah mepet banget kalau mau dibawa tidur lagi di malam kedua. Jadi, ini jam yang *wajib* dicopot dan dicas tiap malam. Buat yang pengen smartwatch yang bisa bertahan 2-3 hari, lupakan Pixel Watch. Ini kerasa annoying karena kadang lupa ngecas, besok paginya udah mau habis aja, padahal mau dipake aktivitas. Jadi kerasa kayak punya HP kedua yang harus dicas tiap hari.
- Bezel Tebal: Udah disinggung di awal, tapi ini beneran mengganggu sih. Layar aktifnya jadi kelihatan kecil banget, terutama pas pakai watch face yang terang. Kayak ada layar di dalam bingkai hitam besar. Rasanya agak sayang aja, udah bayar mahal tapi “layar”-nya kecil gitu.
- Charging Speed dan Method: Ngecasnya nggak cepat-cepat amat. Butuh sekitar 1 jam lebih buat penuh dari nol. Dan dia pakai magnetic charger yang khas Pixel Watch banget, nggak bisa sembarangan pakai charger wireless Qi standar. Jadi kalau chargernya ketinggalan, agak repot nyari gantinya. Selain itu, kadang magnetic chargernya agak ringkih, kesenggol dikit bisa lepas dan nggak ngecas. Harus dipastiin bener-bener nempel.
- Performa Kadang Terasa Lambat: Meskipun Wear OS-nya terasa mulus *secara umum*, ada momen-momen di mana dia terasa stutter atau loading agak lama. Mungkin karena chipset-nya (Exynos 9110 yang sebetulnya udah agak berumur pas Pixel Watch ini rilis) kurang gahar buat nge-handle semua tugas Wear OS dan Fitbit. Nggak sering banget, tapi cukup noticeable sesekali.
- Pilihan Strap Masih Terbatas & Mahal: Sistem strap putarnya itu eksklusif. Jadi kalau mau ganti-ganti strap, harus beli yang memang dibuat khusus buat Pixel Watch. Pilihan dari Google sendiri nggak banyak, dan harganya lumayan menguras dompet. Strap third-party mungkin ada, tapi ketersediaannya nggak sebanyak jam lain yang pakai pin standar.
- Fitur Tersembunyi di Balik Langganan: Beberapa fitur Fitbit yang lebih advance, seperti Daily Readiness Score atau Wellness Report, itu adanya di aplikasi Fitbit Premium yang butuh langganan bulanan/tahunan. Pembeli Pixel Watch dapat free trial sih, tapi kalau trial-nya habis dan mau pakai fitur itu terus, ya siap-siap keluar duit lagi. Ini agak kerasa kurang enak aja, udah beli jamnya mahal, masih ada fitur yang dikunci di balik paywall.
Kesimpulan Setelah Seminggu: Nggak Sengaja Jatuhin Honor X9b Berkali-kali Ternyata Layarnya Kuat Banget Kamu Wajib Tau
Google Pixel Watch ini tuh kayak gebetan yang menarik banget dilihat, punya banyak kualitas baik, tapi ada satu kebiasaan buruk (baterai boros) yang lumayan bikin pusing. Desainnya emang top, salah satu smartwatch Android paling cakep yang pernah kurasa. Integrasi sama ekosistem Google itu seamless banget dan nambah produktivitas di tangan. Fitur pelacakan kesehatan dari Fitbit juga solid dan informatif.
Tapi ya itu, baterainya itu PR besar. Setiap hari mikirin kapan harus ngecas itu lumayan menyita pikiran dan bikin nggak bisa spontan pakai seharian penuh kalau lupa cas semalamnya. Bezel tebal juga bikin pengalaman visualnya kurang maksimal.
Jadi, betah atau sebel? Campur aduk sih. Aku *betah* sama desainnya yang premium, kenyamanannya (mostly), dan gimana lancarnya notifikasi serta fitur-fitur Google Assistant/Maps/Wallet berfungsi. Rasanya kayak beneran punya perpanjangan HP Google di tangan. Tapi aku *sebel* banget sama baterainya yang boros dan charging yang nggak praktis/cepat. Ini poin yang paling sering bikin mikir “duh, coba aja baterainya tahan 2 hari aja”.
Buat siapa jam ini? Buat kamu yang: 1) Pengguna HP Google Pixel (atau Android lain yang nyari integrasi Google terbaik), 2) Prioritas utama adalah desain premium dan ekosistem Google di tangan, 3) Nggak masalah ngecas tiap malam, dan 4) Tertarik sama pelacakan kesehatan Fitbit. Kalau kamu nyari jam dengan baterai tahan lama, performa ngebut, atau fleksibilitas strap, mungkin perlu lirik yang lain dulu.
Secara keseluruhan, seminggu pakai Google Pixel Watch ini adalah pengalaman yang menarik. Dia nunjukkin potensi besar Google di dunia wearable, tapi juga ngingetin kalau ini adalah produk generasi pertama yang masih punya ruang perbaikan, terutama di sisi daya tahan baterai. Dia bikin aku nunggu-nunggu generasi berikutnya, karena kalau Google bisa benerin masalah baterai dan bezel, Pixel Watch bakal jadi pesaing serius banget. Review Realme C21: Smartphone Terjangkau dengan Fitur Memadai untuk Kebutuhan Sehari-hari
Jadi, apakah betahnya mengalahkan sebelnya? Jujur, tipis sih bedanya. Desain dan fitur Google-nya bikin betah, tapi baterainya bikin sebel tiap hari. Ini smartwatch yang bagus di banyak area, tapi kekurangan fundamental di daya tahan baterai itu sulit diabaikan dalam pemakaian sehari-hari.
Pengalaman pakai selama seminggu ini bener-bener ngasih gambaran nyata gimana rasanya punya Pixel Watch di pergelangan tangan setiap saat. Bangun tidur cek skor tidur, seharian terima notifikasi, balas pesan singkat dari pergelangan tangan, pakai Google Maps saat nyetir (cukup lirik arah panah), bayar kopi pakai Google Wallet, sampai malam ngelacak tidur lagi. Semua itu lancar, *selama baterainya masih ada*. Dan “selama baterainya masih ada” itu jadi kalimat kunci yang sering muncul di benak.
Soal fitness tracking, Fitbit-nya cukup memotivasi. Melihat Active Zone Minutes tercapai setiap hari, ngerti kualitas tidur semalam, itu ngasih data yang lumayan berguna buat ngevaluasi kebiasaan sehari-hari. Akurasi pelacakan langkah dan detak jantung juga terasa reliable selama seminggu aku bandingin sama feeling atau alat lain (meski nggak saintifik banget ya bandinginnya). Fitur ECG juga ada buat yang butuh, tapi aku nggak pakai secara rutin jadi nggak bisa komen banyak soal itu.
Kembali lagi ke poin baterai, ini bener-bener jadi penghalang utama buat pengalaman yang “seamless” seharian. Bayangin aja, lagi asyik-asyik aktivitas sore, tiba-tiba muncul notif baterai sisa 15%. Langsung panik cari colokan, atau terpaksa ngirit-ngirit fitur biar bisa sampai rumah. Beda jauh sama smartwatch lain di kelas harga yang sama yang bisa tahan 2-3 hari, atau bahkan seminggu lebih buat yang modelnya lebih simpel. Ini bikin kerasa kayak pakai versi mini dari HP yang sama-sama butuh perhatian soal daya setiap hari.
Desain melengkung yang cantik itu ternyata juga ada risikonya, ya. Lebih rentan kebentur atau tergores di bagian kacanya. Walaupun Corning Gorilla Glass, tetap aja bentuknya yang menonjol gitu bikin was-was kalau lagi nggak hati-hati. Seminggu ini sih aman-aman aja, tapi ke depannya kalau dipakai jangka panjang mungkin perlu ekstra hati-hati.
Secara software, Wear OS-nya Google di sini memang terasa optimal. Jauh lebih responsif dan fungsional dibanding Wear OS jaman dulu. Integrasi dengan HP Android-nya juga sangat baik. Setting dari aplikasi pendamping di HP juga gampang banget. Personalisasi watch face lumayan banyak pilihan, meskipun nggak sebanyak beberapa kompetitor.
Harga? Ya, ini termasuk jam tangan pintar premium. Dengan harganya yang lumayan, ekspektasi soal daya tahan baterai tentu lebih tinggi. Jadi, poin sebel soal baterai itu jadi terasa lebih berat kalau mempertimbangkan investasinya.
Jadi, apakah aku akan terus pakai jam ini setelah seminggu? Mungkin sesekali iya, terutama kalau lagi pengen pakai jam yang kelihatan stylish dan butuh fitur Google di tangan. Tapi untuk pemakaian harian tanpa pusing mikirin baterai, mungkin masih butuh smartwatch lain yang lebih tahan banting soal daya. Pixel Watch ini lebih ke “gadget keren” yang bisa ngasih kemudahan di ekosistem Google, dibanding “teman setia” yang selalu siap sedia nemenin aktivitas berhari-hari tanpa perlu sering di-charge.
Seminggu pakai ini adalah bukti bahwa Google punya dasar yang kuat buat bikin smartwatch. Tinggal PR utamanya diperbaiki di generasi berikutnya, terutama baterai dan penggunaan layar yang lebih efisien. Kalau itu beres, Pixel Watch punya potensi jadi salah satu smartwatch Android terbaik di pasaran. Lenovo Tab P11 Pro Layarnya Bikin Ngiler Apa Iya Cocok Buat Kamu
Buat yang lagi nimbang-nimbang mau beli, tanyain diri sendiri: seberapa penting baterai awet buat kamu? Seberapa dalam kamu nyemplung di ekosistem Google? Kalau baterai boros nggak masalah dan Google services di tangan itu *wajib*, silakan sikat. Tapi kalau baterai jadi prioritas utama, mungkin tahan dulu atau cari alternatif lain.
Oh iya, soal performa tadi, mungkin biar adil, Wear OS itu memang cenderung lebih boros daya dan butuh prosesor yang lebih powerful dibanding OS jam tangan lainnya. Tapi di harga dan kelasnya, rasanya wajar kalau berharap performa yang bener-bener mulus tanpa stutter sama sekali. Kadang pas swipe cepat atau buka aplikasi tertentu, ada jeda sepersekian detik yang kerasa.
Secara keseluruhan, seminggu pakai Pixel Watch ini memberiku pandangan yang jelas: ini jam yang indah, pintar, dan terintegrasi erat dengan layanan Google dan Fitbit. Tapi, kelemahannya ada di jantungnya, yaitu baterai, yang secara signifikan mempengaruhi pengalaman pakai sehari-hari. Ini jam yang bikin kamu sesekali “wow” sama fitur dan desainnya, tapi juga sering “duh” kalau lihat indikator baterai.
Jadi, setelah seminggu? Lebih sering “betah” sama desain dan integrasi Google-nya, tapi “sebel” sama baterainya yang nggak bisa diajak kompromi buat dipake lebih dari sehari. Buat sebagian orang, kelebihan-kelebihan itu mungkin cukup buat nutupin kekurangan baterai, tapi buatku pribadi, daya tahan baterai itu krusial banget di sebuah jam tangan, apalagi smartwatch yang fungsinya udah segitu banyak.
Semoga ulasan dari pengalaman seminggu ini bisa kasih gambaran buat kamu yang lagi galau mau ambil Pixel Watch atau nggak ya!
Share this content: