Kalau Kamu Penasaran Sama ZTE Axon 40 Ultra Begini Rasanya Punya Ponsel Layar Full Tanpa Bolong

Review Jujur ZTE Axon 40 Ultra: Nyobain Ponsel Layar Full Tanpa Bolong

Oke, jadi kali ini kita bakal ngomongin salah satu ponsel yang konsepnya cukup bikin penasaran banyak orang pas pertama kali muncul. Bukan karena spesifikasi super gila (walaupun emang kenceng), tapi lebih ke satu fitur yang bener-bener beda: layarnya itu lho, beneran full tanpa ada “bolong” atau notch buat kamera depan. Yup, kita lagi bahas ZTE Axon 40 Ultra.

Di saat hampir semua produsen ponsel flagship masih nyaman dengan punch-hole di layar mereka, ZTE malah nekat bawa teknologi kamera di bawah layar (Under-Display Camera – UDC) ke level yang lebih matang di seri Axon 40 Ultra ini. Jujur aja, pas pertama kali denger dan lihat konsepnya, mikir, “Wah, ini dia nih yang ditunggu-tunggu!”. Rasanya tuh kayak balik lagi ke era ponsel slider atau pop-up camera, tapi tanpa ada bagian mekanis yang bergerak. Semuanya ada di balik layar.

Terus, gimana rasanya punya ponsel dengan layar bener-bener mulus begini? Apakah ini masa depan? Atau cuma gimmick yang belum sempurna? Mari kita kupas tuntas.

Kesan Pertama dan Desain: Elegan yang Beda

Begitu pertama kali pegang ZTE Axon 40 Ultra, impresi pertama langsung tertuju ke bodinya yang terasa solid dan premium. Desainnya minimalis tapi elegan. Bagian belakangnya ada yang pakai finishing frosted glass yang nggak gampang ninggalin sidik jari, enak dilihat dan disentuh. Bingkainya biasanya pakai material metal, menambah kesan kokoh.

Modul kameranya di belakang memang lumayan menonjol, khas ponsel flagship dengan sensor besar. Tapi desainnya sendiri lumayan rapi, nggak terlalu ‘nyentrik’ lah. Ada beberapa lingkaran lensa di sana, disusun dengan layout yang simpel.

Tapi yang paling bikin berkesan ya tentu saja bagian depan. Layarnya itu lho! Pas dinyalain, rasanya beda banget dibanding ponsel lain. Nggak ada titik hitam di pojok atau di tengah atas, nggak ada poni yang nutupin sebagian layar. Yang ada cuma hamparan layar AMOLED yang luas dan jernih dari ujung ke ujung. Rasanya kayak megang selembar kaca pintar aja. Kesan “full screen” yang selama ini didengung-dengungkan sama produsen lain, baru di ponsel ini bener-bener terasa otentik.

Build quality-nya juga kerasa top notch. Bodinya ramping, meskipun ukurannya lumayan besar karena layarnya yang luas. Penempatan tombol-tombolnya standar, nyaman dijangkau. Overall, dari segi desain dan build, ZTE Axon 40 Ultra ini berhasil memberikan kesan premium dan pastinya, unik berkat layarnya itu.

Layar UDC: Antara Takjub dan Penasaran

Ini dia bintang utamanya: layar AMOLED 6.8 inci dengan resolusi tinggi dan refresh rate 120Hz. Spek layar standar flagship, kan? Tapi yang bikin beda ya keberadaan kamera di bawahnya itu. ZTE mengklaim sudah pakai teknologi UDC generasi terbaru, di mana area di atas kamera depan itu punya kerapatan pixel yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Tujuannya? Supaya area kameranya nggak kelihatan waktu layar nyala.

Pas dipakai buat nonton video, scrolling media sosial, atau main game, layar ZTE Axon 40 Ultra ini emang manjain mata banget. Warnanya vibrant, detailnya tajam, dan gerakan di layar terasa sangat halus berkat 120Hz. Nggak ada gangguan visual sama sekali. Pengalaman fullscreennya beneran imersif. Nonton film di ponsel ini jadi lebih seru karena nggak ada yang nutupin layar.

Nah, area UDC-nya gimana? Jujur aja, pas layar menampilkan warna solid, terutama putih atau warna terang lainnya, area di atas kamera depan itu *masih* bisa terlihat kalau kita perhatikan dengan seksama. Terlihat sedikit beda kerapatan pixelnya, kayak ada grid halus atau area yang warnanya sedikit ‘kotor’ atau burem dibanding sekelilingnya. Tapi ini *hanya* kelihatan kalau layar menampilkan warna solid dan kita *sengaja* mencarinya. Dalam penggunaan normal, misalnya lagi scrolling feed Instagram, nonton video, atau main game yang grafisnya kompleks, area itu hampir nggak kelihatan sama sekali. Otak kita juga kayak otomatis mengabaikan area itu.

Teknologi di baliknya lumayan canggih. ZTE bilang mereka pakai chip display terpisah buat mengontrol area UDC ini, menyesuaikan kecerahan dan warna supaya bisa menyatu lebih baik. Mereka juga pakai layout pixel yang beda di area itu. Meski belum 100% sempurna nggak terlihat sama sekali, tapi ini adalah implementasi UDC terbaik yang pernah saya coba sejauh ini. Mengorbankan sedikit kesempurnaan visual di area kecil demi layar yang beneran full? Buat sebagian orang, ini mungkin tradeoff yang menarik. Review Realme Narzo 50: Smartphone Terjangkau dengan Performa Tangguh dan Fitur Canggih

Performa: Jaminan Ngebut

Sebagai ponsel kelas flagship, ZTE Axon 40 Ultra dibekali jeroan yang ngebut di masanya. Biasanya ditenagai prosesor kelas atas dari Qualcomm (seperti Snapdragon 8 Gen 1 atau yang selevel), dipadukan dengan RAM yang melimpah (mulai dari 8GB, bahkan ada opsi 12GB atau 16GB). Penyimpanan internalnya juga pakai standar cepat.

Hasilnya? Performa sehari-hari udah pasti mulus banget. Buka-tutup aplikasi instan, multitasking gonta-ganti banyak aplikasi lancar jaya, scrolling apa aja nggak ada lag sama sekali. Main game berat kayak Genshin Impact atau game 3D grafis tinggi lainnya? Disikat habis. Setting grafis paling tinggi pun dilibas tanpa masalah berarti. Frame rate stabil, pengalaman gaming jadi maksimal.

Manajemen panasnya gimana? Ponsel dengan chip flagship memang seringkali hangat atau bahkan panas kalau dipakai main game berat dalam waktu lama atau pas nge-charge super cepat. Di Axon 40 Ultra ini, hangatnya terasa wajar aja. Nggak sampai bikin nggak nyaman di tangan. Mungkin sistem pendingin internalnya lumayan efektif bekerja.

Intinya, kalau urusan performa, ZTE Axon 40 Ultra ini nggak perlu diragukan lagi. Dia adalah monster performa yang siap diajak kerja keras, main game berat, atau ngerjain tugas apa aja tanpa ngeluh. Poco F6: Performa Hebat, Fitur Canggih, Harga Terjangkau

Kamera: Belakang Top, Depan Tanda Tanya

Oke, mari kita bedah sektor kamera. ZTE Axon 40 Ultra ini punya setup kamera belakang yang menarik, biasanya terdiri dari tiga lensa 64MP: kamera utama, kamera ultrawide, dan kamera telephoto dengan zoom optik (bisa periskop, tergantung model dan variannya). Resolusi 64MP buat semuanya? Ini lumayan unik dan menjanjikan fleksibilitas.

Kamera belakangnya, secara umum, ngasih hasil yang bagus. Foto di kondisi cahaya terang detailnya kaya, warnanya natural tapi tetep vibrant, dynamic range-nya luas. Foto low light juga cukup oke, mode malamnya membantu menangkap cahaya tanpa bikin noise berlebihan. Kamera ultrawide-nya ngasih sudut pandang yang luas tanpa distorsi yang parah di pinggir. Nah, kamera telephoto-nya ini asik buat ngambil subjek dari jarak jauh. Zoom optiknya bantu banget supaya gambar nggak pecah kayak zoom digital biasa.

Fitur-fitur kamera belakangnya juga lengkap, ada mode pro, slow motion, time lapse, sampai video recording resolusi tinggi. Buat yang suka fotografi pakai ponsel, setup kamera belakang Axon 40 Ultra ini sangat kapabel dan versatile.

Sekarang, kita bahas kamera depannya yang ada di bawah layar. Ini nih yang paling bikin penasaran dan jadi titik krusial dari teknologi UDC. Hasilnya gimana? Jujur aja, masih belum bisa ngalahin kualitas kamera depan konvensional (punch-hole atau notch) yang ada di ponsel lain di kelas harga yang sama.

Foto selfie dari kamera UDC Axon 40 Ultra ini cenderung terlihat lebih soft, detailnya nggak setajam kamera biasa, dan terkadang ada isu dalam menangani cahaya terang dari belakang (backlight) atau di kondisi cahaya minim. Software ZTE berusaha keras buat ningkatin kualitasnya lewat post-processing, tapi tetap aja ada limitasi hardware-nya. Di area UDC, cahaya yang masuk ke sensor memang berkurang dan terdistorsi karena harus melewati lapisan pixel layar.

Buat video call sih masih oke-oke aja, lawan bicara masih bisa lihat muka kita dengan jelas. Tapi kalau tujuannya buat bikin selfie Instagramable yang super tajam dan detail, kamera UDC ini mungkin belum jadi pilihan terbaik. Ini adalah kompromi terbesar dari konsep layar full tanpa bolong.

Pengalaman Pemakaian Sehari-hari dan Fitur Lain

Selain layar dan performa, pengalaman pakai ZTE Axon 40 Ultra ini cukup menyenangkan. Baterainya lumayan besar, cukup buat nemenin aktivitas seharian dengan penggunaan normal. Yang paling asik itu teknologi charging-nya yang super cepat. Colok sebentar aja udah bisa dapat daya yang cukup buat beberapa jam pakai. Ini ngebantu banget buat yang sering buru-buru.

Sistem operasinya pakai MyOS khas ZTE. Tampilannya bersih, nggak terlalu banyak bloatware (aplikasi bawaan yang nggak perlu), dan lumayan responsif. Ada beberapa fitur kustomisasi yang bisa dieksplorasi. Sensor sidik jari di bawah layarnya responsif dan akurat.

Kualitas speakernya juga patut diacungi jempol. Biasanya udah stereo, suaranya kenceng dan jelas, enak buat dengerin musik atau nonton video tanpa earphone.

Bagaimana dengan kekurangan lain selain kamera depan? Mungkin ketersediaan dan layanan purna jual di beberapa wilayah nggak seluas merek ponsel lain yang lebih populer. Software update-nya juga perlu diperhatikan, apakah rutin dan cepat atau tidak.

Plus dan Minus yang Terasa

Kalau dirangkum, kelebihan utama ZTE Axon 40 Ultra jelas ada di layarnya yang bener-bener fullscreen tanpa gangguan, performanya yang ngebut khas flagship, kualitas kamera belakang yang sangat baik, dan pengisian daya super cepat. Desainnya juga premium dan terasa beda dari yang lain.

Namun, kekurangannya yang paling signifikan ada di kualitas kamera depan UDC yang masih belum bisa menandingi kamera konvensional, serta mungkin isu ketersediaan dan dukungan software jangka panjang dibanding kompetitor.

Kesimpulan: Ponsel Unik buat yang Berani Beda

ZTE Axon 40 Ultra ini adalah ponsel yang berani beda. Di saat produsen lain masih main aman dengan punch-hole, ZTE sudah selangkah lebih maju (atau setidaknya, mencoba teknologi yang lebih futuristik) dengan UDC-nya. Konsep layar full tanpa bolong itu beneran ngasih pengalaman visual yang superior buat konsumsi konten.

Ponsel ini cocok banget buat kamu yang:

Pertama, prioritas utamanya adalah layar yang bersih dan imersif tanpa gangguan apa pun.

Kedua, butuh performa kelas atas buat main game atau kerja berat.

Ketiga, nggak terlalu sering pakai kamera depan buat selfie super serius, lebih mengandalkan kamera belakang yang memang bagus.

Kalau kamu adalah orang yang sering banget selfie dan butuh kualitas terbaik dari kamera depan, mungkin ZTE Axon 40 Ultra ini bukan pilihan terbaik untuk saat ini. Tapi kalau kamu penasaran banget sama teknologi masa depan dan siap menerima kompromi di satu area demi keunggulan di area lain (khususnya layar!), maka ponsel ini layak banget buat dilirik. Ngetes Microsoft Surface Laptop Go 3 Laptop Ringan Nggak Bikin Ribet Kamu

ZTE Axon 40 Ultra membuktikan bahwa teknologi UDC itu bukan cuma konsep di atas kertas, tapi sudah bisa diimplementasikan di ponsel komersial, meskipun memang belum sempurna 100%. Dia bukan ponsel yang sempurna, tapi dia unik dan menarik, ngasih gambaran gimana nanti ponsel masa depan kita.

Share this content: