Oke, mari kita ngobrolin gadget yang satu ini. Ricoh GR IIIx. Jujur, pertama kali megang, rasanya… kecil banget? Gimana ya jelasinnya, ukurannya tuh beneran pocketable. Bisa masuk saku celana jins (yang nggak ketat banget sih) atau saku jaket dengan gampang. Materialnya terasa solid di tangan, finishing-nya agak doff gitu jadi nggak gampang ninggalin sidik jari. Desainnya minimalis, retro tapi modern, khas Ricoh GR dari dulu. Nggak ada embel-embel yang bikin ribet, tombolnya pas, nggak terlalu banyak, nggak terlalu sedikit.
Rasanya tuh kayak bawa kamera film compact zaman dulu, tapi dengan teknologi terbaru. Ini bukan kamera yang teriak-teriak minta perhatian. Dia lebih ke pendamping setia yang siap sedia kapan aja. Bentuknya yang nggak mencolok ini jadi nilai plus banget, terutama kalau kamu suka motret di jalanan atau di tempat umum tanpa mau jadi pusat perhatian. Orang mungkin nggak sadar kalau kamu lagi motret pakai kamera sekelas ini. Ringkas, kalem, tapi menyimpan potensi besar.
Nah, sekarang ngomongin jeroannya. Di balik bodi mungil itu, Ricoh GR IIIx ini punya sensor ukuran APS-C 24.2MP. Iya, sensor yang biasanya ada di kamera mirrorless atau DSLR yang jauh lebih gede! Bayangin, sensor segede itu dijejelin ke bodi sekecil ini. Ini yang bikin kualitas gambarnya bisa bikin melongo. Ditambah lagi, dia pakai lensa fixed 26.1mm f/2.8 yang setara dengan lensa 40mm di full-frame. Lensa 40mm ini jarak pandang yang menarik banget. Nggak selebar 28mm (kayak di GR III biasa), tapi juga nggak se-zoom 50mm. Pas di tengah-tengah, versatile buat banyak skenario, dari street photography yang nggak terlalu dekat, portrait (dengan jarak tertentu), sampai sekadar motret detail atau lingkungan sekitar. Aperture f/2.8 juga lumayan cepat buat kondisi cahaya redup atau buat nyari bokeh tipis-tipis.
Kualitas gambar yang dihasilkan… ini dia poin utamanya. Detailnya tajam, warnanya khas Ricoh banget. Ada nuansa unik yang sulit dijelasin, kadang cenderung ke arah natural, kadang bisa sedikit moody tergantung preset atau filter yang kamu pilih. Dynamic rangenya luas berkat sensor APS-C-nya, jadi ngasih ruang editing yang cukup kalau kamu motret pakai format RAW. Noise management di ISO tinggi juga tergolong bagus untuk ukuran kamera compact. Bisa dibilang, kualitas gambarnya bisa bersaing ketat sama kamera mirrorless entry-level atau bahkan mid-range. Performa Terbaik dengan Realme 6 Pro: Review Lengkap dan Jujur
Fitur andalan Ricoh GR yang juga ada di GR IIIx ini adalah Snap Focus. Ini fitur legendaris di seri GR. Gimana kerjanya? Kamu bisa preset jarak fokus, misalnya 1 meter, 2 meter, atau 5 meter. Begitu kamu pencet shutter button setengah, kamera langsung fokus di jarak yang udah kamu set tadi, tanpa perlu nyari fokus pakai AF. Ini luar biasa buat street photography atau momen-momen spontan. Tinggal set jarak kira-kira, bidik, dan jepret. Super cepat. Nggak ada lag karena kamera nggak perlu hunting fokus. Buat yang udah terbiasa memperkirakan jarak, ini bakal jadi senjata rahasia buat dapetin momen yang mungkin kelewat kalau nunggu AF lock.
Selain Snap Focus, GR IIIx juga punya hybrid AF (contrast-detect plus phase-detect) yang lumayan cepat buat penggunaan umum. Tapi ya, ini bukan kamera sport buat motret subjek bergerak super cepat. Buat motret manusia, benda diam, atau subjek bergerak pelan sih oke-oke aja. Touchscreen-nya juga responsif buat milih titik fokus atau navigasi menu. Ada juga built-in ND filter (2-stop) yang berguna banget kalau mau motret di siang bolong dengan aperture lebar atau kalau mau main slow shutter.
Ergonominya patut diacungi jempol. Meskipun kecil, grip-nya terasa pas di tangan kanan. Semua tombol dan dial gampang dijangkau jempol dan telunjuk. Menu-menunya juga simpel, khas Ricoh. Nggak terlalu banyak submenu yang bikin pusing. Pokoknya, kamera ini dirancang buat motret, bukan buat muter-muter di menu.
Sekarang ngomongin pemakaian harian dan suka dukanya. Kelebihan utamanya jelas di ukurannya yang super compact dan kualitas gambarnya yang top tier untuk ukuran segini. Beneran bisa kamu bawa ke mana-mana tanpa terasa jadi beban. Kualitas lensa 40mm-nya juga tajam dari tengah sampai pinggir frame. Jarak fokal 40mm ini ternyata sangat nyaman buat motret sehari-hari. Nggak terlalu jauh, nggak terlalu dekat, pas buat cerita visual. Snap Focus-nya addictive banget kalau udah terbiasa. Bikin motret jadi lebih instingtif dan cepat.
Tapi, ada juga kekurangannya. Yang paling sering dikeluhkan orang, termasuk saya, adalah daya tahan baterainya. Agak boros. Baterai kecil buat ngasih daya ke sensor APS-C dan prosesor yang lumayan kenceng. Siap-siap bawa baterai cadangan kalau mau motret seharian. Untungnya bisa di-charge pakai power bank via USB-C, ini lumayan membantu. Kekurangan lain, video recording-nya standar aja, nggak ada fitur-fitur canggih buat videografer. Buat sekadar rekam momen singkat sih oke, tapi jangan harap kualitas sinematik atau fitur pro. Layarnya juga nggak bisa di-tilt atau di-flip, jadi agak tricky kalau mau motret dari angle rendah atau tinggi banget.
Soal viewfinder, Ricoh GR emang nggak pakai viewfinder. Buat sebagian orang ini dealbreaker, tapi buat pengguna GR veteran atau yang terbiasa motret pakai smartphone, pakai layar belakang aja udah cukup. Justru absennya viewfinder ini yang bikin bodinya bisa sekecil ini. Ada aksesoris optical viewfinder eksternal, tapi ya itu tambahan lagi dan bikin bodinya jadi nggak se-streamlined aslinya.
Fitur konektivitasnya ada Wi-Fi dan Bluetooth buat transfer foto ke smartphone pakai aplikasi Ricoh Image Sync. Lumayan gampang pairing-nya, transfer fotonya juga cepat. Bisa juga dipakai buat remote control, tapi fiturnya nggak selengkap remote control di kamera mirrorless modern. Lebih ke basic remote shutter. Nyobain Sony ZV-1F Jadi Gini Rasanya Vlogging Tanpa Mikir Ribet Buat Kamu
Pengalaman motret pakai Ricoh GR IIIx itu unik. Dia memaksa kamu berpikir sedikit beda. Karena lensanya fixed 40mm, kamu nggak bisa zoom in atau zoom out. Kamu harus “zoom with your feet”, bergerak maju atau mundur buat nyari komposisi yang pas. Ini bagus buat ngelatih mata dan komposisi. Ukurannya yang kecil bikin kamu lebih berani motret subjek di jarak yang lebih dekat, atau motret momen yang lewat gitu aja tanpa ragu. Dia ini kamera yang mendorong kamu buat lebih hadir di momen motret, fokus ke subjek dan komposisi, bukan ke settingan atau lensa yang mau dipakai. Simpel tapi dalam.
Ricoh juga dikenal dengan pilihan Image Control (semacam preset warna atau filter) yang unik dan menarik. Ada Positive Film, Bleach Bypass, Negative Film, dan lain-lain. Hasilnya langsung keluar dari kamera (kalau motret JPEG) udah punya karakter kuat. Banyak pengguna Ricoh GR yang memang suka dengan hasil JPEG-nya dan nggak terlalu sering ngedit RAW. Ini juga menghemat waktu editing.
Secara keseluruhan, Ricoh GR IIIx ini adalah kamera yang sangat spesifik. Dia bukan buat semua orang. Dia buat kamu yang menghargai portabilitas ekstrem tanpa kompromi di kualitas gambar. Buat kamu yang suka motret momen spontan, street photography, atau sekadar dokumentasi kehidupan sehari-hari dengan kualitas setara kamera besar. Dia ini alat buat orang yang serius motret tapi nggak mau ribet bawa perlengkapan berat. Dia juga cocok buat kamu yang suka tantangan pakai lensa fixed dan mau ngelatih mata komposisi.
Meskipun harganya lumayan premium untuk ukuran kamera compact, kamu dapat kombinasi yang jarang banget: sensor APS-C, lensa fixed berkualitas tinggi (dengan jarak fokal 40mm yang versatile), dan bodi super kecil yang bisa masuk saku. Ini yang bikin dia unik dan punya penggemar setia. Kalau kamu nyari kamera compact serbaguna yang bisa buat video canggih atau zoom jauh, ini bukan kameranya. Tapi kalau kamu nyari alat motret yang ringkas, powerfull, dan punya karakter kuat buat foto, Ricoh GR IIIx patut banget dipertimbangkan.
Dia ini lebih dari sekadar gadget. Dia ini instrumen buat motret. Buat yang paham filosofi desain Ricoh GR, kamera ini kayak perpanjangan tangan. Dia nggak menghalangi proses kreatif, justru memfasilitasinya dengan kesederhanaan dan kecepatannya. Hasil fotonya memang benar-benar nggak disangka bisa sebagus itu dari kamera sekecil ini. Itulah kenapa seri GR punya tempat spesial di hati banyak fotografer, terutama yang suka street photography dan travel minimalis.
Detail kecil seperti startup time yang cepat (sekitar 0.8 detik) juga menambah kenyamanan. Momen itu sering datang tanpa diundang, dan Ricoh GR IIIx siap buat nangkep momen itu dalam sekejap. Getaran shutter-nya juga minim berkat desain unit lensa dan sensor yang terintegrasi dengan baik, ngurangin risiko foto goyang kalau motret di shutter speed rendah. Walaupun ada image stabilization di dalam bodi (IBIS) yang cukup membantu, tapi prinsip dasar motret tetap penting.
Fitur lain yang kadang terlupakan tapi berguna adalah mode Macro. Kamu bisa fokus di jarak yang cukup dekat dengan subjek, ngasih kemungkinan buat motret detail kecil atau close-up. Dengan lensa 40mm, mode Macro-nya ngasih perspektif yang beda dibanding lensa 28mm di GR III biasa.
Soal daya tahan bodi, Ricoh GR IIIx nggak punya weather sealing atau anti debu/percikan air. Ini penting buat diperhatikan kalau kamu sering motret di kondisi ekstrem. Harus hati-hati di pantai atau di tempat yang banyak debu. Membersihkan sensor kamera dengan lensa fixed yang non-removable juga butuh metode khusus kalau sampai ada debu masuk.
Kesimpulannya, Ricoh GR IIIx ini adalah kamera compact premium yang fokus utamanya ke kualitas gambar dan portabilitas maksimal buat fotografi. Dia nggak sempurna, terutama soal baterai dan fitur video. Tapi kelebihan di kualitas foto, ukuran, dan handling-nya buat motret di jalanan atau sehari-hari itu bener-bener outstanding. Buat yang nyari kamera kedua yang ringkas tapi bisa ngasih hasil setara kamera utama, atau buat yang emang pengen nyelamin dunia street photography pakai alat yang ikonik, Ricoh GR IIIx adalah pilihan yang sangat kuat. Jangan kaget kalau hasil fotonya bakal bikin kamu atau orang lain bertanya, “Ini motret pakai kamera apa?” dan kamu jawab, “Cuma pakai kamera saku kecil ini.” Surprise effect-nya itu lho yang seru! Sony α7 IV Hasil Fotonya Bikin Nggak Percaya Mata Kamu Harus Lihat Sendiri
Share this content: