Memakai Fairphone 5 setiap hari ini yang kamu rasakan

Oke, mari kita ngobrolin soal gadget yang satu ini. Bukan flagship super kencang yang iklannya ada di mana-mana, bukan juga ponsel entry-level buat semua orang. Ini Fairphone 5.

Jujur aja, pertama kali pegang Fairphone 5 ini sensasinya beda. Desainnya kelihatan… jujur? Transparan di bagian belakang varian tertentu, kita bisa lihat langsung komponen di dalamnya. Ini bukan cuma gimmick visual, tapi memang menunjukkan esensinya: modularitas. Bodinya terasa kokoh, meski mungkin sedikit lebih tebal atau punya bezel yang agak ‘old-school’ dibanding ponsel super ramping yang lagi tren sekarang. Tapi, ini terasa disengaja. Ada rasa percaya diri di baliknya, seolah dia bilang, “Gue emang begini, dan gue bangga.” Material yang dipakai katanya sih banyak dari bahan daur ulang atau yang bersumber secara etis. Rasanya megang ini tuh kayak megang gadget yang punya cerita, bukan sekadar plastik atau kaca premium biasa.

Bagian yang paling menarik, dan ini yang bikin Fairphone beda banget dari yang lain, adalah soal bisa dibongkar pasang sendiri. Layar? Baterai? Kamera? Port USB-C? Semua bisa diganti sendiri dengan obeng kecil yang (kerennya) udah disiapin di dalam kotaknya. Ini bukan cuma buat iseng, tapi buat memperpanjang umur pakainya. Kalau baterai udah soak setahun dua tahun lagi, tinggal beli baterai baru dan pasang. Layar pecah? Nggak perlu kirim ke service center yang mahal dan lama, beli aja modul layar dan ganti sendiri. Ini mengubah total mindset kepemilikan gadget. Biasanya, kalau ada komponen rusak, opsinya ya service mahal atau beli baru. Fairphone 5 ngasih opsi ketiga: perbaiki sendiri, murah, dan cepat. Dalam pemakaian sehari-hari, mungkin kita nggak akan sering-sering bongkar pasang, tapi knowing that you *can* gives a sense of freedom dan ketenangan pikiran. Itu nilai lebih yang sulit diukur pakai angka spesifikasi. Gaming Terbaik dengan Realme 6: Review Lengkap

Ngomongin spesifikasi, Fairphone 5 ini agak unik. Dia pakai chip yang jarang ditemui di ponsel umum, namanya Qualcomm QCM6490. Ini sebenarnya chip yang lebih sering dipakai buat perangkat industrial atau IoT (Internet of Things) yang butuh dukungan software panjang dan efisiensi daya. Di atas kertas, performanya mungkin nggak sekencang Snapdragon 8 Gen terbaru atau chip Bionic-nya Apple. Tapi dalam pemakaian sehari-hari? Buat browsing, buka sosmed, chatting, nonton video, sampai multitasking ringan, Fairphone 5 kerasa lancar kok. Buka aplikasi cepat, transisi antar-aplikasi mulus. Main game berat? Mungkin masih bisa, tapi jangan berharap setting grafis paling tinggi dengan frame rate super stabil. Chip ini memang difokuskan pada efisiensi dan yang terpenting dari Fairphone: dukungan software yang super panjang. Mereka janji update OS sampai tahun 2031 dan update keamanan sampai tahun 2033! Ini gila. Ponsel lain mungkin cuma janji 2-4 tahun update OS. Dukungan software yang panjang ini sejalan banget sama filosofi mereka buat bikin ponsel yang awet. Jadi, performa yang nggak paling ngebut di pasar itu ditukar dengan durabilitas software yang luar biasa.

Layarnya sendiri pakai panel OLED berukuran 6.46 inci. Resolusinya cukup tajam, warnanya vibrant khas OLED, dan refresh rate-nya 90Hz bikin scrolling terasa lebih mulus. Pakai di luar ruangan di bawah sinar matahari juga masih lumayan kelihatan, meskipun bukan yang paling terang di kelasnya. Bezelnya memang agak tebal, terutama di bagian dagu, tapi nggak sampai mengganggu banget kok. Punch-hole buat kamera depannya juga lumayan kecil.

Sektor kamera, ini juga menarik karena modulnya bisa diganti. Ada dua kamera di belakang: kamera utama 50MP dan ultrawide 50MP. Kamera depannya juga 50MP. Di atas kertas angka megapikselnya gede, tapi megapiksel kan bukan segalanya. Hasil fotonya gimana? Cukup bagus untuk kebutuhan sehari-hari. Di kondisi cahaya terang, gambarnya detail dan warnanya natural. Dynamic range-nya juga oke. Di kondisi low light, kualitasnya menurun, noise mulai kelihatan, meskipun mode malamnya cukup membantu. Kamera ultrawide-nya juga performanya mirip. Yang perlu diperhatikan, prosesor QCM6490 ini bukan chip yang didesain khusus buat olah gambar super kompleks kayak di chip flagship. Jadi, jangan bandingkan hasil jepretannya dengan ponsel premium yang harganya dua kali lipat lebih mahal. Buat motret momen, upload ke sosmed, atau dokumentasi, kamera Fairphone 5 udah lebih dari cukup. Fitur uniknya ya itu tadi, kalau sewaktu-waktu modul kameranya rusak atau mungkin Fairphone rilis modul kamera yang lebih baru di masa depan, kita bisa upgrade atau ganti sendiri.

Baterainya berkapasitas 4200 mAh, yang mungkin terdengar biasa aja kalau dibandingkan ponsel lain yang udah banyak di angka 5000 mAh. Tapi karena chip yang dipakai efisien, daya tahan baterainya lumayan oke kok. Buat pemakaian moderat, bisa bertahan sehari penuh. Nah, poin terpenting dari baterai ini bukan kapasitasnya, tapi fakta bahwa dia *user-replaceable*. Ini adalah fitur yang udah langka banget di ponsel modern. Kalau baterai udah kerasa boros setelah setahun dua tahun, nggak perlu repot-repot ke service center buat ganti, tinggal beli baterai baru (harganya jauh lebih murah daripada service) dan ganti sendiri dalam hitungan detik. Ini adalah game changer buat daya tahan perangkat dalam jangka panjang.

Software-nya sendiri pakai Android murni, alias bersih dari bloatware yang nggak perlu. Ini bikin pengalaman pakainya ringan dan responsif. Fairphone juga nggak macam-macam sama UI-nya, jadi rasanya familiar buat siapa pun yang pernah pakai Android. Dan yang paling penting lagi-lagi soal dukungan software. Janji update sampai 2031 itu luar biasa, artinya ponsel ini bakal tetap relevan secara software selama bertahun-tahun ke depan, jauh melampaui kebanyakan ponsel lain.

Bagaimana rasanya memakai Fairphone 5 ini setiap hari? Ada rasa kepuasan tersendiri. Ini bukan ponsel yang paling kencang, bukan yang kameranya paling wow, atau desainnya paling tipis dan mewah. Tapi setiap kali megangnya, ada pengingat bahwa ini ponsel yang berbeda. Ponsel yang didesain buat bertahan lama, bisa diperbaiki, dan dibuat dengan mempertimbangkan dampak sosial serta lingkungan. Dalam pemakaian harian, dia bekerja dengan baik. Telepon lancar, internet cepat, aplikasi-aplikasi penting jalan semua. Mungkin kadang ada sedikit lag kalau buka banyak aplikasi berat sekaligus, tapi itu jarang terjadi. Yang paling terasa adalah ketenangan pikiran: nggak khawatir kalau nanti baterainya soak atau port charging-nya rusak, karena tahu bisa ganti sendiri dengan mudah.

Tapi, ada juga beberapa catatan. Harga Fairphone 5 memang tergolong premium, bahkan setara dengan beberapa ponsel flagship tahun lalu atau ponsel upper mid-range terbaru yang punya spesifikasi ‘di atas kertas’ lebih tinggi. Ini adalah ‘pajak’ yang harus dibayar untuk filosofi dan kemudahan perbaikannya. Buat sebagian orang, membayar lebih mahal untuk ponsel yang performanya nggak paling tinggi itu mungkin terasa berat. Selain itu, ketersediaan suku cadangnya juga perlu dipertimbangkan, meskipun Fairphone berjanji akan menyediakan suku cadang dalam waktu lama. Jaringan service center resmi seperti ponsel mainstream juga mungkin tidak sebanyak itu di banyak tempat, tapi lagi-lagi, poinnya kan bisa diperbaiki sendiri. Main Game di Lenovo Legion Pro 7i Gen 9? Siap-siap Kamu Kaget Performanya

Secara keseluruhan, Fairphone 5 ini adalah bukti bahwa ponsel bisa dibuat dengan cara yang berbeda. Ini bukan gadget buat semua orang. Kalau kamu cari ponsel dengan performa paling ngebut buat main game berat, kamera terbaik di pasaran, atau desain super mewah dan tipis, mungkin Fairphone 5 bukan jawabannya. Tapi kalau kamu peduli sama keberlanjutan, pengin punya gadget yang bisa bertahan super lama, nggak mau ribet kalau ada komponen yang rusak karena bisa ganti sendiri, dan siap membayar premi untuk itu, Fairphone 5 ini pilihan yang sangat menarik. Ini adalah ponsel yang, dalam pemakaian sehari-hari, nggak cuma berfungsi sebagai alat komunikasi atau hiburan, tapi juga sebagai pernyataan.

Kelebihan yang paling menonjol:

  • Super modular dan mudah diperbaiki oleh pengguna.
  • Dukungan update software dan keamanan super panjang (sampai 2031/2033).
  • Menggunakan material yang lebih etis dan ramah lingkungan.
  • Baterai user-replaceable.
  • Pengalaman Android murni yang bersih.

Kekurangan yang terasa:

  • Harga premium setara atau lebih mahal dari ponsel dengan performa/kamera lebih tinggi.
  • Performa chip yang bukan kelas flagship.
  • Desain mungkin terasa sedikit ‘kuno’ atau bulky dibanding pesaing.
  • Kualitas kamera lumayan, tapi bukan yang terbaik di kelas harganya.

Jadi, siapa yang cocok pakai Fairphone 5 ini? Orang yang sadar lingkungan dan sosial, yang muak dengan siklus upgrade gadget tiap setahun dua tahun, yang pengin punya ponsel yang awet dan bisa diperbaiki sendiri. Ini adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar pembelian gadget terbaru yang bakal usang dalam waktu singkat. Memakainya setiap hari memberikan perspektif baru tentang apa itu gadget dan bagaimana kita berinteraksi dengannya. Acer Predator Helios Neo 16 Gimana Rasanya Punya Powerhouse Di Pangkuan Kamu

Share this content: