Setelah Pakai Fujifilm X-T5 Kamu Bakal Susah Pindah Ke Lain Hati

Ngomongin soal gadget, kadang ada yang cuma jadi alat, tapi ada juga yang kayak jadi bagian dari diri kita. Nah, kalau gue boleh jujur, Fujifilm X-T5 ini masuk kategori yang kedua. Begitu pertama kali pegang dan pakai buat motret, rasanya tuh beda. Ada koneksi yang terbangun, semacam ikatan nggak terucap antara fotografer sama kameranya. Dan bener aja, setelah beberapa waktu pakai, rasanya kok ya susah ya kalau disuruh pindah ke lain hati.

Kenapa bisa gitu? Ada banyak faktornya. Pertama, dan ini yang paling kelihatan, adalah soal desainnya. Fujifilm X-T5 ini mewarisi DNA desain retro yang ikonik dari seri X-T sebelumnya, tapi dengan beberapa penyempurnaan. Begitu digenggam, feel-nya tuh solid, build quality-nya terasa premium dengan bahan magnesium alloy. Dials-nya yang ada di bagian atas kamera – buat ISO, shutter speed, dan exposure compensation – itu bukan cuma gaya-gayaan. Ini fungsional banget dan bikin kita ngerasa lebih terlibat dalam proses kreatif. Kayak zaman dulu motret pakai kamera film, semua pengaturan manual ada di tangan, bukan tersembunyi di dalam menu digital yang ribet. Review Realme C21: Smartphone Terjangkau dengan Fitur Memadai untuk Kebutuhan Sehari-hari

Penggunaan dial fisik ini juga bikin workflow jadi cepet banget. Mau ganti ISO? Tinggal puter dial. Mau ubah shutter speed? Puter lagi dial sebelahnya. Nggak perlu masuk menu, nggak perlu pencet-pencet tombol random. Semuanya ada di ujung jari. Ini yang bikin feel motret pakai X-T5 tuh bener-bener beda dan bikin nagih. Ergonominya pas di tangan gue, nggak terlalu besar, nggak terlalu kecil juga. Meskipun pakenya lensa yang lumayan gede, keseimbangannya tetep oke berkat grip yang didesain ulang biar lebih nyaman.

Masuk ke jeroannya, X-T5 dibekali sensor X-Trans CMOS 5 HR terbaru dengan resolusi 40.2 megapiksel. Ini resolusi yang lumayan tinggi untuk ukuran sensor APS-C. Detail yang dihasilkan luar biasa tajam, cocok banget buat yang suka cropping foto atau memang butuh detail yang maksimal. Prosesornya pakai X-Processor 5, yang jelas bikin performanya ngebut. Mulai dari startup kamera yang cepet, responsif saat navigasi menu, sampai kecepatan burst shooting. Kamu bisa jepret sampai 15 frame per second dengan mechanical shutter tanpa crop, atau bahkan 20 fps kalau pakai electronic shutter tapi ada sedikit crop. Buat motret aksi atau momen-momen spontan, ini lebih dari cukup.

Sistem autofocus-nya juga nggak kalah canggih. Dengan prosesor baru, algoritma AF-nya makin pinter. Sekarang bisa deteksi lebih banyak subjek, nggak cuma manusia dan hewan, tapi juga kendaraan seperti mobil, motor, pesawat, dan kereta api. Tracking-nya lumayan reliable, bisa nempel ke subjek meskipun pergerakannya nggak terduga. Buat yang sering motret di kondisi minim cahaya, AF-nya masih bisa kerja dengan baik sampai -7 EV, asal pakai lensa yang pas ya.

Tapi yang paling bikin susah move on dari Fujifilm itu, ya apalagi kalau bukan Film Simulations-nya. Ini adalah “rahasia” kenapa banyak yang jatuh cinta sama brand ini. X-T5 punya koleksi Film Simulations yang lengkap, termasuk yang terbaru seperti Nostalgic Neg. Hasil jepretan JPEG langsung dari kamera itu warnanya udah cakep banget, dengan karakter yang unik sesuai simulasi film yang dipilih. Ibaratnya, kita motret udah langsung dapet “look” yang kita mau tanpa perlu ribet ngedit terlalu banyak. Mau warna vintage ala Classic Chrome? Ada. Mau yang pop dan vibrant kayak Velvia? Tinggal pilih. Atau yang timeless Black and White dengan Acros? Beres. Ini bener-bener menghemat waktu editing dan bikin proses kreatif jadi lebih fokus ke pengambilan gambar itu sendiri.

Sensor 40MP juga ngasih keuntungan lain selain detail, yaitu kemampuan “Digital Teleconverter”. Ini fitur yang memungkinkan kita melakukan cropping digital 1.4x atau 2x tanpa kehilangan kualitas gambar secara signifikan, berkat resolusi sensor yang tinggi. Jadi, kalau lagi pakai lensa fix dan butuh sedikit jangkauan lebih, fitur ini lumayan membantu dan hasilnya masih sangat layak.

Fitur penting lainnya adalah In-Body Image Stabilization (IBIS). Di X-T5, IBIS-nya diklaim bisa meredam getaran sampai 7 stop. Dalam prakteknya, ini sangat membantu saat motret handheld di kondisi low light atau pakai lensa tele. Bisa dapet foto yang tajem di shutter speed yang seharusnya udah bikin blur kalau nggak pakai stabilisasi. Buat bikin video juga IBIS ini krusial banget biar hasilnya nggak goyang-goyang. Realme Narzo 20 Pro: Andal, Performa Memukau dan Harga Terjangkau

Ngomongin video, X-T5 juga nggak bisa diremehkan. Kamera ini bisa rekam video 6.2K/30p dalam format Open Gate 3:2, atau 4K/60p dengan crop. Ada juga mode F-Log2 yang ngasih dynamic range lebih luas buat yang serius grading video. Meskipun mungkin bukan kamera video utama buat para videografer profesional yang butuh fitur super canggih, kemampuan videonya udah lebih dari cukup buat kebanyakan orang, termasuk buat yang mau bikin konten atau sekadar mendokumentasikan momen.

Viewfinder elektronik (EVF) di X-T5 juga mantap. Resolusinya tinggi, 3.69 juta dot, dengan pembesaran 0.8x dan refresh rate sampai 120Hz di mode Boost. Gambarnya kelihatan detail dan mulus, enak banget buat komposisi dan ngecek fokus. Layarnya sendiri pakai mekanisme tilt 3 arah, bukan vari-angle penuh. Ini mungkin jadi pro dan kontra buat sebagian orang. Pro-nya, desainnya bikin kamera tetap terlihat ramping dan nggak gampang geser pas dipegang. Contra-nya, nggak bisa diputar ke depan buat selfie atau vlogging. Tapi buat gue yang lebih sering motret dari angle rendah atau tinggi, layar tilt 3 arah ini udah sangat fungsional dan lebih cepet diatur dibanding layar vari-angle.

Oke, itu tadi kelebihan dan fitur-fitur unggulannya. Terus, ada nggak sih kekurangannya yang terasa dalam pemakaian harian? Tentu saja ada, nggak ada gadget yang sempurna. Salah satunya mungkin soal daya tahan baterai. Meskipun pakai baterai NP-W235 yang kapasitasnya lumayan besar, sensor 40MP dan prosesor kenceng cukup menguras daya. Apalagi kalau sering pakai burst shooting atau rekam video. Saran gue sih, wajib punya baterai cadangan minimal satu atau dua buat jaga-jaga.

Kemudian, meskipun bodinya compact untuk kamera dengan sensor dan fitur sekelasnya, begitu dipasangin lensa-lensa tele atau prime yang ukurannya lumayan besar, feel compact-nya agak hilang. Tapi ini wajar sih, bukan cuma di Fujifilm aja. Realme 8: Stylish Performa Tangguh dan Layar Super AMOLED

Satu lagi yang mungkin perlu diperhatikan adalah ukuran file RAW dari sensor 40MP. File-nya jadi lumayan besar, jadi pastikan storage di komputer atau hard disk eksternal kamu cukup lega. Editing file RAW 40MP juga butuh komputer dengan spesifikasi yang lumayan oke biar nggak ngelag.

Mekanisme layar tilt 3 arah yang gue sebut tadi, meskipun gue bilang fungsional buat gue, tetep aja nggak sefleksibel layar vari-angle buat beberapa skenario, terutama kalau mau motret vertikal dari angle rendah atau tinggi. Atau ya, buat vlogging itu nggak bisa. Tapi balik lagi, ini soal preferensi dan kebutuhan masing-masing.

Selain itu, meskipun AF-nya udah pinter dan cepet, dalam kondisi tertentu yang kompleks atau subjek yang bergerak super cepat, kadang masih ada momen-momen di mana fokusnya sedikit miss. Tapi secara keseluruhan, performa AF-nya jauh lebih baik dibanding generasi-generasi Fujifilm sebelumnya.

Terus, kenapa setelah pakai X-T5 ini susah pindah ke lain hati? Menurut gue, ini kombinasi dari beberapa hal yang bikin pengalamannya jadi unik dan rewarding. Pertama, ya soal desain dan kontrol fisik itu tadi. Rasanya lebih terkoneksi sama kamera, lebih “fotografi” banget. Kedua, kualitas gambar langsung dari kamera yang luar biasa, berkat sensor baru dan Film Simulations yang nggak ada tandingannya. Hasil JPEG-nya udah cakep, ngirit waktu editing. Ketiga, ekosistem lensa Fujifilm XF yang udah matang dan banyak pilihan, dari lensa prime yang tajam sampai zoom yang versatile, dengan harga yang kompetitif dibanding lensa full-frame.

Pengalaman motret pakai X-T5 itu nggak cuma soal dapetin foto yang bagus, tapi juga soal prosesnya. Memutar dial shutter speed, mengatur aperture di ring lensa, memilih Film Simulation sesuai mood – semua itu bikin motret jadi lebih mindful dan menyenangkan. Ini yang bikin banyak orang yang udah nyemplung ke ekosistem Fujifilm susah buat beralih. Mereka udah terlanjur nyaman sama feel-nya, sama warna-warnanya, sama cara kerjanya.

X-T5 ini posisinya menarik. Dia bukan flagship paling atas kayak X-H2S yang lebih fokus ke speed dan video canggih. Tapi dia juga bukan entry-level. Dia ada di tengah, ngasih perpaduan terbaik antara resolusi tinggi, fitur modern, dan kontrol klasik yang jadi ciri khas seri X-T. Buat fotografer yang prioritasnya di still photography tapi sesekali bikin video, butuh resolusi tinggi buat cetak besar atau cropping, dan suka banget sama feel kamera retro dengan kontrol fisik, X-T5 ini pilihan yang sangat solid.

Jadi, kalau kamu lagi nyari kamera mirrorless yang powerful, tapi juga punya karakter dan bikin pengalamannya lebih dari sekadar jepret, Fujifilm X-T5 ini patut banget dipertimbangkan. Siap-siap aja, begitu udah ngerasain sensasi motret pakai kamera ini dan ngelihat hasil jepretannya, kemungkinan besar kamu juga bakal susah buat pindah ke brand atau sistem lain. Ada “magis” tersendiri yang bikin betah.

Secara keseluruhan, Fujifilm X-T5 ini adalah kamera yang sangat kapabel dan menyenangkan untuk dipakai. Dia menggabungkan teknologi terbaru dengan sentuhan nostalgia yang pas. Sensor 40MP-nya ngasih ruang kreatif yang luas, performanya ngebut berkat prosesor terbaru, AF-nya jauh lebih baik, dan Film Simulations-nya tetep jadi killer feature yang bikin beda. IBIS 7 stop sangat membantu di berbagai kondisi. Kekurangan minor seperti daya tahan baterai atau mekanisme layar tilt yang nggak vari-angle penuh itu bisa dibilang trade-off yang wajar mengingat fitur dan performa yang ditawarkan. Buat gue, plus-plusnya jauh lebih banyak dan lebih signifikan dibanding minusnya. Nggak heran kalau kamera ini jadi favorit banyak fotografer.

Rasanya tuh kayak nemu ‘teman’ motret yang pas aja. Cocok sama gaya motret gue, pas di tangan, dan hasil fotonya selalu bikin seneng. Itu dia kenapa gue bilang, setelah pakai Fujifilm X-T5, kemungkinan besar kamu bakal susah buat pindah ke lain hati. Ini bukan cuma soal spesifikasi di atas kertas, tapi lebih ke pengalaman totalnya saat dipakai di dunia nyata. Rekomen banget buat dicoba kalau kamu lagi cari kamera baru.

Share this content: