Oke, mari kita bicara jujur. Selama bertahun-tahun, kita mungkin udah nyaman banget sama form factor ponsel yang gitu-gitu aja, kan? Layar di depan, bodi persegi panjang, paling beda di ukuran atau lekukan dikit. Terus, Samsung datang dengan seri Galaxy Z Fold. Awalnya mungkin banyak yang mikir, “Ah, ini cuma gimmick,” atau “Buat apa sih hape bisa dilipet?”. Jujur, gue juga sempat skeptis di awal-awal. Tapi, setelah gue bener-bener nyoba dan pakai Galaxy Z Fold5 ini sebagai driver utama gue selama beberapa waktu, ada satu kesimpulan besar yang langsung muncul: ini bakal susah banget bikin gue balik lagi ke hape “biasa”. Huawei Pura 70 Ultra Bikin Foto Kamu Naik Level Pengalaman Unik yang Nggak Ada di HP Lain
Kenapa bisa gitu? Ya, karena pengalaman pakainya beda total. Ini bukan sekadar ponsel, bukan juga tablet mini. Ini adalah perpaduan keduanya yang dieksekusi dengan sangat matang di versi terbaru ini. Dari kesan pertama aja udah beda. Waktu dilipet, dia kerasa padat, kokoh, dan pas di tangan (meskipun jelas lebih tebal dari ponsel standar). Layar depannya, atau Cover Screen, ukurannya pas buat dipakai selayaknya ponsel biasa. Balas chat, cek notif, scrolling media sosial cepat, itu semua nyaman dilakukan di layar ini.
Tapi, momen magisnya itu ya pas kita buka lipatannya. VoilĂ ! Kita disambut sama layar gede yang bener-bener lapang. Rasanya kayak bawa mini tablet ke mana-mana. Layar dalamnya ini, Dynamic AMOLED 2X berukuran 7,6 inci, bener-bener memanjakan mata. Warnanya tajam, kontrasnya tinggi, dan yang paling penting, refresh rate 120Hz-nya bikin semua gerakan super mulus. Scrolling artikel panjang, main game berat, atau nonton film, semuanya terasa jauh lebih imersif di layar sebesar ini.
Nah, yang bikin susah balik itu justru di kebiasaan baru yang terbentuk. Awalnya mungkin agak canggung buka-tutup hape, tapi lama-lama itu jadi natural banget. Lo lagi jalan atau buru-buru, pakai Cover Screen. Sampai di kafe, duduk, buka Fold-nya, dan mendadak lo punya kanvas yang luas buat browsing lebih nyaman, baca ebook tanpa harus sering-sering scrolling, atau sekadar nonton YouTube dengan layar yang lebih proporsional.
Aspek performa udah pasti nggak main-main. Sebagai ponsel flagship terbaru dari Samsung, Galaxy Z Fold5 dibekali dapur pacu paling kenceng saat ini, yaitu Snapdragon 8 Gen 2 Mobile Platform for Galaxy. Prosesor ini nggak cuma ngebut, tapi juga efisien soal daya. Digabung sama RAM yang lega, multitasking di hape ini kerasa lancar jaya. Buka tiga aplikasi sekaligus di layar gede? Gampang. Main game berat sambil sesekali balas chat lewat pop-up window? Enteng. Semua transisi antar aplikasi, buka-tutup lipatan, semuanya terasa responsif dan mulus.
Yang paling bikin pengalaman produktivitas naik kelas di Fold5 ini adalah fitur multitasking-nya. Samsung One UI di Android ini punya fitur Taskbar yang mirip kayak di komputer. Lo bisa pin aplikasi favorit di sana, dan tinggal seret aja ke layar buat buka dalam mode split screen atau pop-up. Kebayang kan, lagi ngetik email di satu sisi, sambil buka referensi di web di sisi lain, dan sesekali balas chat dari rekan kerja lewat pop-up? Ini adalah skenario yang sering gue lakuin dan itu bener-bener meningkatkan efisiensi kerja di mana pun gue berada. Di ponsel biasa, hal kayak gini bakal kerasa sempit dan ribet banget.
Pengalaman nonton atau konsumsi media juga jadi jauh lebih seru. Layar 7,6 inci dengan aspek rasio yang lebih mirip tablet mini ini bikin nonton serial atau film jadi lebih puas. Nggak ada lagi deh mata cepat capek karena layarnya kekecilan. Browsing web pun jadi lebih nyaman, halaman web bisa tampil hampir penuh layaknya di desktop, tanpa harus banyak zoom in atau zoom out.
Gimana dengan kamera? Samsung Galaxy Z Fold5 dibekali sistem tiga kamera di belakang yang speknya mirip dengan flagship Samsung lainnya. Ada kamera utama, ultrawide, dan telefoto dengan optical zoom. Hasil fotonya gimana? Khas Samsung banget, warnanya vibrant, detailnya bagus, dan performanya bisa diandalkan di berbagai kondisi cahaya. Mungkin nggak se-ekstrem zoom-nya Ultra series, tapi untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan buat bikin konten, kamera Fold5 ini udah lebih dari cukup. Yang unik, form factor lipat ini juga membuka cara baru buat ambil foto atau video. Lo bisa pakai mode Flex Cam, di mana hape dilipat separuh, buat jadi tripod dadakan. Mau selfie pakai kamera belakang biar hasilnya lebih bagus? Bisa, manfaatin Cover Screen buat jadi preview-nya. Fleksibilitas ini yang nggak bakal lo dapetin di ponsel biasa.
Tentang daya tahan baterai, ini memang sering jadi pertanyaan buat hape lipat. Dengan dua layar dan performa kenceng, wajar kalau baterainya kerja keras. Dalam pemakaian normal, yang meliputi kombinasi pakai Cover Screen dan layar dalam buat browsing, sosmed, kerja ringan, dan sesekali nonton, baterainya bisa bertahan seharian penuh kok. Tentu aja kalau digeber main game berat di layar lebar terus-terusan, baterainya bakal lebih cepat terkuras. Tapi secara umum, nggak ada isu signifikan soal daya tahan baterai untuk skenario penggunaan sehari-hari yang wajar. Dukungan fast charging dan wireless charging juga bikin urusan isi daya nggak terlalu merepotkan. Rekam Momen Tanpa Mikir Sudut Insta360 X3 Bakal Bikin Vlog Kamu Naik Level
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dari hape lipat adalah durabilitas. Jujur, di awal-awal gue agak khawatir juga. Tapi Samsung terus melakukan peningkatan di tiap generasi. Di Fold5 ini, engselnya (Flex Hinge) kerasa lebih kokoh dan rapat saat dilipat, bahkan celah antara dua layar saat dilipat udah nyaris nggak ada. Layar dalamnya yang pakai Ultra Thin Glass juga udah lebih tahan banting dari generasi sebelumnya. Ditambah sertifikasi IPX8 yang artinya tahan air (meskipun bukan debu), rasa cemas soal durabilitas ini udah jauh berkurang. Memang harus tetep hati-hati, namanya juga teknologi layar lipat, beda perlakuan sama layar kaca biasa. Tapi seiring waktu pakai, rasa paranoid itu makin hilang karena build quality-nya emang terasa solid.
Jadi, balik lagi ke pertanyaan awal: kenapa susah balik ke hape biasa setelah pakai Galaxy Z Fold5? Jawabannya kompleks, tapi intinya ada di *adaptasi* dan *peningkatan kualitas hidup digital*. Setelah terbiasa dengan kemewahan punya layar mini-tablet yang selalu tersedia di saku, melakukan banyak hal di layar ponsel biasa terasa… sempit. Membaca artikel panjang jadi butuh scrolling berkali-kali. Multitasking jadi terasa merepotkan. Menikmati konten multimedia nggak se-imersif itu. Bahkan sekadar melihat peta atau browsing toko online pun jauh lebih enak di layar gede Fold.
Ini bukan cuma soal ukuran layar, tapi juga soal bagaimana layar besar itu mengubah cara kita berinteraksi dengan ponsel. Ponsel biasa mungkin masih nyaman buat kebutuhan dasar, tapi Fold5 memungkinkan kita melakukan lebih banyak hal, dengan lebih nyaman, dan di mana saja. Ngerjain revisi dokumen mendadak? Bisa. Ikut video conference sambil buka catatan? Gampang. Nggak perlu buru-buru cari laptop atau tablet terpisah. Semuanya ada di genggaman (atau di saku). Nyobain Nothing Phone (2a) Bikin Kamu Keliatan Beda Tapi Kantong Aman
Apakah ada kekurangannya? Tentu saja. Harga adalah faktor terbesar. Galaxy Z Fold5 bukan gadget murah, itu fakta. Kemudian, meskipun lebih ringan dan tipis dari pendahulunya, dia tetap lebih tebal dan berat dari ponsel flagship biasa saat dilipat. Lipatan di tengah layar dalam, meskipun nggak terlalu mengganggu saat layar menyala dan digunakan, tetap terasa kalau diraba atau dilihat dari sudut tertentu. S Pen juga masih harus dibeli terpisah dan nggak ada slot penyimpanannya di bodi hape, beda sama S Series.
Tapi, kekurangan-kekurangan ini terasa kecil dibandingkan dengan peningkatan signifikan yang ditawarkan Fold5 dalam hal produktivitas dan konsumsi media. Ini adalah gadget buat orang yang nggak cuma butuh ponsel, tapi juga butuh fleksibilitas. Buat yang aktivitas digitalnya padat, butuh layar luas buat kerja atau menikmati konten, dan siap berinvestasi lebih untuk sebuah pengalaman yang beda dari yang lain.
Setelah beberapa waktu pakai, ponsel “biasa” di mata gue mendadak jadi terasa… standar. Limitasi ukuran layar yang dulu nggak gue sadari, sekarang jadi kerasa banget. Kemampuan multitasking yang terbatas di hape konvensional jadi PR. Rasanya kayak balik ke era sebelum ada smartphone layar sentuh penuh, di mana keyboard fisik atau layar kecil itu norma. Padahal ini cuma beda form factor, tapi dampaknya ke kebiasaan dan kenyamanan penggunaan harian itu bener-bener besar.
Jadi, kalau ada yang nanya, “Layak nggak sih Galaxy Z Fold5 ini?” Jawabannya tergantung kebutuhan dan budget lo. Tapi kalau lo udah nyobain pakai ini dalam keseharian, merasakan sendiri gimana nyamannya punya layar gede kapan pun lo mau, gimana lancarnya multitasking kelas desktop di tangan lo, dan gimana serunya nonton atau main game di kanvas yang lapang, kemungkinan besar lo bakal ngerti kenapa gue bilang susah banget buat balik ke hape biasa. Ini bukan cuma upgrade, ini pergeseran cara berinteraksi dengan gadget utama kita. Sebuah pergeseran yang, buat gue, susah buat mundur lagi.
Share this content: